Kepala Subdit Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Devy Kamil Syahbana memaparkan abu vulkanik tersebut merupakan produksi juvenile atau magma baru yang dikeluarkan Gunung Agung. Hal itu mengklarifikasi bahwa letusan pertama pada 21 November 2017 bukan letusan freatik melainkan freato-magmatik.
"Ini mengonfirmasi bahwa letusan pertama terjadi itu bukan bersifat freatik tapi freato-magmatik," ungkap Devy di pos pantau Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Sabtu 2 November 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Lebih dalam Devy menjelaskan komposisi abu vulkanik di letusan pertama 21 November 2017 silam telah dianalisis memiliki kandungan partikel silika, magnesium, air, dan juga zat besi yang bersifat keratin.
"Sama kandungannya seperti abu vulkanik yang keluar sekarang," jelasnya.
Selain itu, dalam letusan pertama tersebut adanya material magma baru dan dari material sumbat lama dari 1963 yang baru dikeluarkan pada saat letusan pertama sepuluh hari yang lalu.
Oleh karenanya, pada letusan 21 November 2017 silam bukan lagi disebut sebagai letusan freatik melainkan freato-magmatik lantaran kandungannya terdapat juvenile atau magma baru yang dilontarkan ke permukaan bumi.
“Tapi kalau ada material yang baru atau juvenile itu, maka kita kita tidak bisa mengatakan lagi itu letusan freatik, karena freatik itu magma tidak ada kontak langsung air kalau magma udah kontak langsung berarti magmanya freato-magmatik,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)
