Jonan menegaskan, tidak ada penetapan status waspada untuk Bali. "Adanya status waspada itu buat kita-kita ini, buat pejabat, bukan pulaunya. Provinsi itu tidak ada statusnya, semua nol atau normal," kata dia saat mengunjungi pos pantau Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali, Jumat, 22 Desember 2017.
Menurut Jonan, tim PVMBG selama ini mengeluarkan status berdasarkan data ilmiah dari lima instrumen, yakni alat seismik, alat deformasi, GPS, satelit, dan drone. Data tersebut dijadikan acuan bagi pemerintah dan bisa diikuti rekomendasinya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Status awas (Gunung Agung) belum kita turunkan, radius 8 sampai 10 kilometer dari puncak kawah. Kalau untuk di luar (radius) itu biasa aja, mestinya tidak ada masalah apa-apa, tidak ada status apa-apa," jelasnya.
(Baca: Luhut Sebut Erupsi Gunung Agung Tidak Berdampak ke Seluruh Bali)
Jonan mengatakan banyak orang salah mengartikan informasi yang mereka dapat. Mereka juga salah menginterpretasikan terkait peringatan mitigasi Gunung Agung.
Ia mencontohkan, di bagian barat Pulau Lombok yang tak begitu jauh dari Gunung Agung bisa dengan tenang menyikapi erupsi gunung tertinggi di Bali itu. Padahal bagian barat Pulau Lombok itu kira-kira hanya berjarak 10-15 kilometer dari Gunung Agung.
"Mungkin karena persepsi, gunungnya ada di Bali," lanjutnya.
Sedangkan, jarak dari Gunung Agung ke bandara sekitar 60-70 kilometer. Tapi, justru warganya ketakutan dengan bencana erupsi Gunung Agung.
"Logika sederhananya kan begitu," pungkasnya.
(Baca: Kepala Badan Geologi ESDM: Kondisi Bali Aman)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NIN)