Pramusaji menyiapkan makanan untuk wisatawan saat asap putih tampak mengepul di Gunung Agung. Pemandangan itu tampak dari Amed, Karangasem, Kamis 7 Desember 2017, Ant - Hafidz Mubarak
Pramusaji menyiapkan makanan untuk wisatawan saat asap putih tampak mengepul di Gunung Agung. Pemandangan itu tampak dari Amed, Karangasem, Kamis 7 Desember 2017, Ant - Hafidz Mubarak (Raiza Andini)

Sisi Lain Erupsi Gunung Agung

erupsi gunung agung
Raiza Andini • 07 Desember 2017 11:01
Karangasem: Abu vulkanik Gunung Agung dapat mengganggu pernapasan dan mengiritasi kulit. Tapi, untuk beberapa tahun mendatang, abu vulkanik menjadi investasi dan bermanfaat bagi masyarakat.
 
Gunung Agung di Karangasem, Bali, bererupsi sejak Oktober 2017. Beragam material keluar dari gunung tertinggi di Bali itu, mulai dari abu vulkanik, lahar dingin, hingga batu panas.
 
Abu vulkanik akan mengganggu pernapasan dan mengiritasi kulit. Meski saat ini berbahaya, partikel abu menjadi bermanfaat karena mengandung silika, magnesium, oksigen, dan zat besi.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Bila dibiarkan mengenda, abu vulkanik akan menyuburkan tanah," kata Kasubdit Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM Devy Kamil Syahbana di Pos Pantau Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, beberapa waktu lalu.
 
Di awal erupsi, abu vulkanik berbahaya. Suhu partikel yang terlampau panas membuat tanaman mengering karena mengalami dehidrasi. 
 
Masyarakat tak boleh mengonsumsi tanaman yang terpapar abu vulkanik. Zat kimia yang larut ke tanaman dapat merusak organ tubuh manusia.
 
"Jadi saat ini jangan anggap remeh abu vulkanik. Kita tidak tahu zat kimia berbahaya yang terbawa pada abu dan tanaman yang terpapar abu," ungkap Devy.
 
Sisi Lain Erupsi Gunung Agung
(Hembusan asap kelabu Gunung Agung tampak dari Pos Pengamatan di Desa Rendang, Karangasem, Selasa, 5 Desember 2017, Ant- Nyoman Budhiana)
 
Erupsi Gunung Agung mengakibatkan petugas menetapkan zona merah. Warga yang berada dalam wilayah radius 10 kilometer dari Gunung Agung harus mengungsi. 
 
Abu vulkanik yang terus menghujani mengakibatkan warga harus beraktivitas dengan masker. Itu dilakukan untuk melindungi paparan zat kimia yang terbawa abu vulkanik.
 
Lahar dingin meluncur di sungai di bawah Gunung Agung. Sinar pun tampak beberapa kali dari arah puncak.
 
Bagi sebagian wisatawan, aktivitas vulkanik Gunung Agung memikat. Beberapa wisatawan asing berdatangan ke pos pantau di Desa Rendang, hanya untuk menyaksikan fenomena alam Gunung Agung.
 
"Saya tidak takut. Saya justru ingin melihat dari jarak dekat. Tapi sayang gunungnya tidak terlihat," kata Evgeny, wisatawan asal Rusia saat ditemui Medcom.id di Pos Pantau Desa Rendang, Rabu, 29 November 2017.
 
Pria yang datang bersama kekasihnya itu mengaku mendatangi beberapa lokasi. Ia bermaksud memotret aktivitas erupsi Gunung Agung. Namun, ia tak berhasil.
 
“Saya sudah pergi ke Batur dan Amed tapi tidak berhasil lihat, saya sengaja datang ke sini, untuk melihat ternyata tidak terlihat,” tambahnya.
 
Baca: Status Gunung Agung Dinaikkan Menjadi Awas
 
Sejak Senin, 27 November 2017, Gunung Agung berstatus level IV atau Awas. Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM I Gede Suantika, peningkatan status dilakukan lantaran aktivitas gunung meningkat dari fase freatik menjadi magmatik.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RRN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif