“Tadi itu erupsi terang karena ada material pijar yang dilontarkan keluar. Erupsi tadi cenderung bersifat strombolian,” ungkap Kasubdit Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM Devy Kamil Syahbana di pos pantau Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Jumat, 19 Januari 2018.
Erupsi tersebut melontarkan abu vulkanik dengan ketinggian 2500 meter dari puncak gunung tertinggi di Bali itu. Jarak lontaran lava pijar diketahui mencapai 1000 hingga 1500 meter dari bibir gunung. Material lava pijar jatuh hingga jarak satu kilometer ke daratan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Dari video tadi terlihat ada material yang terlontar keluar kawah sejauh kira-kira satu kilometer dari kawah. Tapi ini bukan berarti kawahnya sudah penuh,” tambah dia.
Lontaran itu tak termasuk erupsi eksplosif besar yang dihasilkan Gunung Agung. Ia mengatakan, gempa vulkanik merupakan tanda masih ada suplai magma buat Gunung Agung.
“Yang dibutuhkan adalah tekanan dari dalam gunung itu sendiri. Selama gempa vulkanik masih terekam maka selama itu juga ada suplai magma. Tapi saat ini potensi bahaya dari erupsi ini masih di dalam radius 6 km,” jelas Devy.
Devy meminta masyarakat tetap waspada selama Gunung Agung masih berstatus awas. Ia meminta masyarakat tak beraktivitas di zona bahaya yang dikeluarkan PVMBG.
“Masyarakat diharap tenang, tidak perlu takut kalau sudah berada di luar Zona Perkiraan Bahaya PVMBG, yaitu di luar radius 6 km. Oleh karena itu masyarakat maupun pengunjung diharapkan tidak beraktivitas di dalam radius 6 km. Ingat bahwa status masih AWAS, artinya kejadian erupsi bisa terjadi kapan saja. Terjadinya erupsi dalam status AWAS adalah hal yang biasa,” tandas Devy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(DRI)