Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem merupakan zona merah atau kawasan rawan bencana tiga. Jarak antara Desa Ban dengan kawah Gunung Agung hanya 3-5 kilometer.
Salah satu warga Desa Ban, I Wayan Potag mengaku kaget mendengar adanya suara di atap rumahnya menyerupai lemparan kerikil. Setelah dicek didapati adanya material lapili telah menghujani atap rumahnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Bunyi seperti klontang-klontang, saya kira apa, pas dilihat bentuknya bulat agak besar,” terang Potag saat di kediamannya, Desa Ban, Karangasem, Sabtu 9 Desember 2017.
Potag yang merupakan perbekel desa setempat lansung mengambil benda tersebut dan memasukkannya ke dalam plastik untuk diberikan kepada tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) agar dikaji kandungannya.
“Sudah saat masukkan ke dalam kantong plastik, ada yang masih berbentuk bundar adanya yang sudah hancur,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM I Gede Suantika memaparkan bahwa hujan lapili merupakan hal lumrah saat terjadinya erupsi di seluruh gunung api.
“Ini hal yang biasa ya, kalau erupsi ada yang keluarkan abu vulkanik ada lapili juga. Nanti juga ada lagi,” tutur Suantika ketika berbincang dengan Medcom.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat yang masih berada di zona merah untuk segera mengungsi demi keselamatan.
“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memasuki, tidak beraktivitas, tidak mendaki di radius 8KM dan 10Kilometer sektoral,” simpulnya.
Lapili merupakan butiran berwarna abu berbentuk bundar. Lapili merupakan abu vulkanik yang terbentuk karena kondisi kelembaban dan gaya elektrostatis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)
