Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gede Suantika mengatakan letusan Gunung Agung terus terjadi secara konstan. Berdasarkan pantauan terakhir pada Minggu, 10 Desember 2017, sore, letusan gunung tertinggi di Bali itu belum putus.
"Pada pukul 06.00 Wita, teramati letusan dengan tinggi semburan asap sejauh 2.500 meter di atas puncak kawah. Warna asap kelabu dan bergerak ke arah barat-barat daya. Juga teramati sinar api dari CCTV Pos Batulompeh. Lalu, hasil pengamatan terakhir pada pukul 12.00 Wita, terjadi dua kali letusan dengan ketinggian yang sama, 2.500 meter di atas puncak kawah. Arahnya masih sama, yakni ke barat-barat daya. Warna asap kelabu," kata Suantika, Senin, 11 Desember 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Letusan pagi sampai siang ini terpantau sama. Namun, durasinya berbeda. Jika saat pagi durasinya hanya 135 detik. Siang tadi durasinya berkurang menjadi 96-110 detik atau hampir 2 menit.
Berdasarkan selang waktu dan intensitas letusan, menurut Suantika, mustahil Gunung Agung akan turun aktivitasnya. Sebab, dari pantauan satelit sudah kelihatan pergerakan magma terus memenuhi dasar kawah.
Beruntung, lanjut Suantika, Bali terus diguyur hujan lebat. Sehingga, pergerakan abu vulkanik tidak menjauh sekalipun angin terpantau bergerak ke arah barat.
Embusan abu vulkanik dalam pantauan terakhir menunjukkan jumlah yang terus meningkat, yakni 12 kali dengan amplitudo 25 milimeter dengan durasi hingga 120 detik. Dengan peningkatan aktivitas tersebut, radius kawasan rawan bencana akan dievaluasi dan waktu dekat.
Bila sampai dengan enam jam ke depan belum ada penurunan aktivitas, maka radius zona berbahaya akan dievaluasi. "Sampai sekarang statusnya awas," tutup Suantika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NIN)