Ribuan hingga puluhan ribu umat biasanya memadati pura untuk sembahyang enam bulanan. Kini, yang datang bisa dihitung jari.
Pinandita Pura Besakih Jero Mangku Sueca mengatakan, umat Hindu yang melaksanakan Hari Suci Galungan hari ini sangat kontras dibanding enam bulan lalu. Sejak pagi hingga sore, biasanya umat datang hingga membludak. Hari ini hanya puluhan orang yang datang silih berganti.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Karena saat ini masyarakatnya masih mengungsi dan takut dengan Gunung Agung, mereka datang sedikit," ungkap Sueca ketika berbincang dengan medcom.id di Pura Besakih, Karangasem, Rabu 1 November 2017.
Setiap enam bulan sekali Umat Hindu di Bali merayakan Galungan. Perayaan kali ini dilaksanakan secara sederhana sebab banyak pengungsi yang tidak bisa merayakan.
Sueca memaklumi. Walau Gunung Agung turun status jadi Awas, warga masih takut sebab jarak antara puncak gunung dengan Pura Besakih hanya 6 kilometer. Masih masuk dalam zona bahaya.
"Karena baru statusnya siaga, waktu ini kan awas, enggak berani orang pulang. Pagi tadi agak sepi, mungkin sore ramai," ujarnya.
Pemandangan ini, berbeda dari upacara Purnama Kapat di Pura Besakih. Jumlah warga yang mengikuti upacara itu lebih banyak dari perayaan Galungan. Meski kala itu, PVMBG belum menurunkan status Gunung Agung ke siaga.
Sueca mengatakan tidak masalah bagi umat Hindu di Bali urung melaksanakan persembahyangan di Pura Besakih. Sebab, perayaan Galungan bisa dilakukan di pura terdekat. Terlebih banyaknya pengungsi yang belum diperkenankan untuk pulang ke kediaman mereka masing-masing.
"Perayaan Galungan kan bisa di mana saja tapi maknanya kan sama. Di Pura Besakih maupun di pengungsian sama saja," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SUR)