"Kita setiap hari memasak, mulai jam 7 pagi dan selesai bisa sampai jam 4 sore. Enggak pernah libur sejak berada di sini, masak terus untuk pengungsi," kata Koordinator Dapur Umum GOR Swecapura Putu Yudhi Pasek Kusuma kepada Medcom.id di lokasi, Rabu, 6 Desember 2017.
Yudhi mengaku cukup lelah. Sejak beberapa hari lalu, setiap malam, suhu tubuhnya cukup tinggi. Namun, tubuhnya selalu membaik ketika bangun tidur.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Mungkin karena kita setiap hari juga di sini, masakin dengan jumlah banyak kan capek juga. Kadang ada sakitnya juga badan ini, tapi karena niat kita ingin bantu dan misi kemanusiaan, entah kenapa semangat terus setiap bangun tidur," ungkap Yudhi.
Seorang satu juru masak lainnya, Nengah, mengaku bahunya kerap dilanda pegal setiap habis bertugas. Ia menahan pegal demi memenuhi kebutuhan makan pengungsi.
Nengah tak mau mengeluh meski bekerja tanpa libur. Ia mencoba menikmati setiap proses di dapur.
"Mereka (pengungsi) kan juga sedang kesulitan, kalau bukan kita yang bantu ya siapa lagi? Jadi kita harus kuat juga, pintar jaga kondisi, dan manfaatkan waktu istirahat dengan baik," ucap Nengah.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah Klungkung, hingga Selasa, 5 Desember 2017, pengungsi di GOR Swecapura mencapai 1.250 jiwa. Pengungsi yang bermukim sementara di lokasi tersebut berasal dari berbagai wilayah terdampak erupsi di Kabupaten Karangasem.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(OJE)
