Kepala Subdit Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM Devy Kamil Syahbana menjelaskan, butiran berwarna abu berbentuk bundar itu merupakan abu vulkanik yang terbentuk karena kondisi kelembaban dan gaya elektrostatis.
“Kondisi yang dimaksud terjadi di saat material abu berinteraksi dengan air, bisa air dari kawah (sehingga ini sering diasosiasikan dengan letusan freatomagmatik),” kata Devy di Pos Pantau Gunung Agung, Desa Rendang Karangasem.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

Abu berbentuk bundar bernama Lapili. Foto: BNPB
Selain akibat kelembaban udara, butiran-butiran abu vulkanik yang menyerupai pasir dan batuan kerikil itu juga disebabkan oleh bersentuhannya abu vulkanik dengan awan hujan sehingga berbentuk granule.
“Nah saat kondisi-kondisi itu terpenuhi maka kumpulan abu tersebut menjadi berbentuk bulat. Jadi itu sebenarnya masih abu tapi terkumpul jadi berbentuk granule,” tandasnya.
Dalam data Magma Var yang dirilis PVMBG disebutkan bahwa dalam kurun waktu 12 jam 00.00-12.00 Wita hari ini Gunung Agung telah menghasilkan letusan sebanyak dua kali dengan kolom abu setinggi 2.000 meter condong ke arah barat. Letusan tersebut beramplitodo maksimum 25mm atau overscale, dengan durasi 104-130 detik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)