Pengusaha furnitur berbahan rotan, Barkah, menuturkan kekhawatirannya lantaran produk rotan di Indonesia dinilai masih kalah dari segi desain dan pemasaran. Terlebih, Indonesia saat ini bukan satu-satunya negara yang memproduksi furnitur bebahan baku rotan.
“Dulu Indonesia rajanya rotan. Tetapi, semenjak bahan baku dibebaskan untuk diekspor, negara lain jadi bisa bikin sendiri,” ujar Barkah di Jalan Setiabudi, Sabtu (2/1/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dia mengungkap, sempat mengekspor produknya ke Jepang dan Jerman. Meskipun kualitasnya diakui negara tetangga, namun kalah bersaing dengan produk Kamboja dan Cina.
"Waktu diekspor ke Jepang, mereka membandingkan produk kita dengan Kamboja dan Cina. Mereka bilang, harga lebih murah di Kamboja dan Cina, tapi kualitas lebih bagus Indonesia," ucap Barkah.
Barkah menambahkan, ketiadaan galeri kerajinan Indonesia di luar negeri makin menyulitkan pemasaran produk Indonesia. "Padahal kerajinan Indonesia punya sesuatu yang negara lain tidak punya,” kata Barkah.
Tapi, meski sulit memasarkan produknya di luar negeri. Dia bersyukur dengan adanya media sosial, yang membuat produknya dikenal dan bisa bersaing dengan produk lokal lainnya.
"Pemasaran terbantu dengan adanya media sosial. Ada akun Instagram yang khusus menawarkan produk kami," tutup Barkah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)