Ibnu Riyanto, pemilik pusat grosir Batik Trusmi, mengaku tak takut dengan serbuan produk luar negeri. Ia mengaku siap bersaing dengan produk-produk tersebut. Malah, katanya, produk luar negeri sudah menyerbu sebelum MEA diberlakukan.
"Ternyata kita tak begitu terpengaruh juga. Justru seharusnya mereka yang harus lebih waspada. Sebab pangsa pasar Indonesia lebih luas dibanding negara lain," kata Ibnu, Senin (04/01/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Tapi Ibnu khawatir pekerja profesional luar negeri akan masuk ke Indonesia. Sehingga penduduk asli Indonesia terancam 'tergusur'. Lantaran itu, ia berharap pemerintah dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia, termasuk di perusahaannya.
"Sangat memungkinkan profesional dari luar negeri memilih bekerja di Indonesia karena persaingan di luar negeri yang cukup ketat. Itu yang saya khawatirkan," ujar Ibnu.
Edi Baredi, pemilik usaha batik EB Tradisional Cirebon, pun mengaku siap bersaing di era MEA. Kualitas batiknya juga sudah bisa menembus pasar luar negeri.
"Kami sudah siap hadapi MEA," ujar Edi.
Cirebon merupakan salah satu kota penghasil batik di Indonesia. Motif dan corak batik Cirebon dikenal kuat juga khas sebagai kelompok batik pesisiran.
Satu di antaranya batik Mega Mendang atau Awan-awanan. Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono, termasuk sebagai kolektor batik Mega Mendung. Itu terbukti saat ia membeli beberapa helai kain batik Mega Mendung di Cirebon pada November 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)