“Bisa dari daun, kayu, dan kulit buah-buahan atau tumbuhan lainnya,” ujar Muhammad Sudjai, pengrajin Batik Ciwaringin, saat mengikuti Cirebon Entrepreneur Festival, yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Cirebon di Cirebon, Sabtu (12/11/2016).
Bahan baku pewarna tersebut, kata Sudjai, didapatkan dari limbah-limbah pasar. Beberapa bahan yang biasanya dijadikan untuk bahan baku pewarna adalah kulit durian, kulit jengkol, daun mangga, dan juga serabut kelapa. Biasanya, ia membayar warga untuk mencarinya di pasar.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Karena kulit dan lainnya kan dibuang. Nah, dimanfaatkan oleh kami untuk dijadikan bahan baku pembuatan warna,” kata Sudjai.
Harganya cukup variatif, tergantung dari bahan dan motifnya. Sudjai menjual koleksinya tersebut mulai dari Rp200 ribu hingga jutaan rupiah. Beberapa motif yang cukup dicari oleh konsumen yaitu ganepo, tebu sekeret, ceker ayam, dan ikan cupang.
Penjualan batiknya sudah merambah hingga penjuru nusantara. Walaupun belum ekspor, sejumlah turis asing sudah sering berkunjung ke showroom-nya.
Marlina Ongkowijoyo, salah satu pembeli, mengaku tertarik dengan Batik Ciwaringin karena warnanya yang lembut. Selain itu, pewarna alami yang digunakan pada batik ini menjadi daya tarik tersendiri.
“Motifnya juga bagus-bagus dan harganya kompetitif,” kata Marlina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)