Salah satu pasar daring atau ecommerce yang ada di Cirebon menggandeng usaha kecil menengah (UKM) untuk bisa memasarkan produknya melalui online. Ketua Buka Lapak Cirebon, Andri Nugraha, mengatakan potensi yang dimiliki UKM sangat besar, namun cara pemasarannya masih konvensional. Alhasil, transaksinya juga belum begitu besar. Menurutnya, untuk menghadapi MEA ini, UKM harus bisa mengenalkan produknya ke banyak kalangan, sehingga lebih dikenal.
“Mereka masih memasarkannya dengan cara konvensional, misalkan di pasar atau di tempat keramaian lainnya,” ujar Andri, Sabtu (2/1/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kelemahan lain yang dimiliki pegiat UKM adalah cara pengemasan. Andri mencontohkan banyak makanan khas yang kemasannya tidak begitu menarik, sehingga ketika dijual pun harganya tidak tinggi. Dengan perbaikan kemasan, nilai jual yang dihasilkan menjadi tinggi.
“Ada yang jualan keripik pisang. Kalau jualannya per kilo, harganya sangat murah. Tapi setelah dikemas menjadi menarik, harganya menjadi lebih tinggi,” kata Andri.
Saat ini, Andri memberikan pelatihan dan konseling gratis untuk belajar memasarkan produknya melalui situs jual beli online tersebut. Walaupun baru berjalan Desember 2015, namun sudah ada 200 UKM yang belajar memasarkan produknya melalui online.
“Produknya macam-macam, mulai dari makanan, kaus, kerajinan, dan lainnya. Bahkan ada produk mainan anak khas Cirebon yang angka transaksinya mencapai ratusan juta,” kata Andri.
Febi, salah satu pegiat UKM, mengaku terbantu dengan adanya pelatihan jual beli online tersebut. Dirinya mengaku selama ini hanya memasarkan produk makanan khas melalui pasar atau jual beli secara manual. “Kalau jualan di online kan banyak yang lihat, sehingga peluang pemasarannya besar,” kata Febi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)