Winarti, salah seorang pengusaha rajutan di Sentra Rajut Binong, Bandung, sedang merapikan pakaian hasil rajutan di toko miliknya. Foto: Metrotvnews.com/Roni
Winarti, salah seorang pengusaha rajutan di Sentra Rajut Binong, Bandung, sedang merapikan pakaian hasil rajutan di toko miliknya. Foto: Metrotvnews.com/Roni (Roni Kurniawan)

Pengusaha Rajut Keluhkan Harga Bahan Baku Tinggi

mea 2015
Roni Kurniawan • 04 Januari 2016 19:53
medcom.id, Bandung: Memasuki pasar bebas atau masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) para pengusaha bisnis rajutan di Kota Bandung mengeluhkan tingginya harga bahan baku. Pasalnya, untuk bersaing ke dalam pasar bebas, kualitas produk akan menjadi salah satu nilai jual terhadap konsumen.
 
Winarti, 40, perempuan yang sudah merintis usaha rajutan di Sentra Rajut Binong sejak 2001 ini mengaku harus meningkatkan kualitas dan pemasaran produk. Namun, hal itu terbentur modal yang ada saat ini atas melambungnya harga bahan baku.
 
"Ya, tentu harus ada modal tambahan karena kita ingin meningkatkan kualitas untuk bisa bersaing dengan barang yang masuk dari luar negeri nanti. Sebetulnya sudah siap menghadapi MEA, tapi ya itu butuh modal lagi karena bahan baku harganya terus naik," ujar Winarti saat ditemui di tempat usahanya di Sentra Rajut Binong, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Senin (4/1/2016).

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Ia mengatakan, guna menunjang kualitas produk yang bagus, diperlukan bahan baku yang berkualitas. Namun, saat ini harga bahan baku masih tinggi usai kenaikan BBM. Seharusnya, lanjut Winarti, pemerintah mesti mengontrol harga bahan baku agar para pengusaha rajutan mampu bersaing dalam pasar bebas.
 
"Pemerintah seharusnya bisa mengontrol harga bahan baku agar jangan sampai naik. Karena kalau itu naik tapi kita susah untuk menaikkan harga ke konsumen. Yang ada malah pada lari. Intinya asal harga bahan baku jangan naik lah, masih stabil, MEA enggak masalah sih," kata dia.
 
Hal senada pun diungkapkan Rudi Chaniago, 40, yang mengaku membutuhkan suntikan modal guna meningkatkan kualitas produksinya. Pasalnya, jika tidak menambahkan modal tambahan, ia pesimistis mampu bersaing dengan produk luar. Padahal, ia menyakini industri rajutan sudah siap menghadapi MEA.
 
"Cuma kendalanya permodalan. Bisa sampai empat kali lipat modalnya karena harga bahan baku yang masih tinggi, sedangkan kita harus memproduksi barang berkualitas," kata Rudi.
 
Selain bantuan modal, Rudi pun mengharapkan peran pemerintah untuk turut serta mempromosikan industri rajutan. Hal itu diakuinya sebagai salah satu strategi marketing yang belum mampu dilakukan para pelaku UKM karena terbentur dengan modal serta jaringan.
 
"Bantu juga promosikan produk kami. Karena kalau pemerintah kan jaringannya sudah tentu luas. Itu akan sangat membantu kami juga," tegasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(UWA)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif