Walhasil kini pedagang dan penikmat olahan tutut bingung, lantaran bimbang untuk menjual dan mengonsumsi tutut. "Dampaknya kan ke pedagangan dan para penikmat tutut yang takut untuk mengonsumsi," kata salah seorang warga Bogor, Bambang, 53, kepada Medcom.id, Senin 4 Juni 2018.
Dia mendesak Pemkot Bogor melalui Dinas Kesehatan Bogor untuk bertanggung jawab. Menurutnya, Dinkes Kota Bogor harus mengawasi dan membina pedagang kecil agar tak salah dalam mengolah makanan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Mereka seharusnya tanggung jawab melindungi kesehatan warganya. Harus ada tindakan nyata dari Dinkes Kota Bogor, untuk memberikan pernyataan terkait kasus keong sawah," tegas dia.
Bambang menuturkan, tutut adalah salah satu ikon Kota Hujan. Adanya peristiwa keracunan kala itu, kini pedagang tutut sulit dijumpai.
Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bogor Usmar Hariman mengaku, status KLB belum juga dicabut karena menunggu seluruh korban dalam keadaan sembuh. Hingga kini, pihaknya masih menunggu hasil laboratorium Dinkes Bogor.
"Kami akan tingkatkan pengawasan secara berkala, baik itu makanan sebelum diolah dan sudah diolah. Secara keseluruhan kami sudah terus menyosialisasikan untuk menjalankan pola hidup sehat," ujarnya.
Dia menjanjikan akan menyebarkan, bila dari hasil laboratorium tutut tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Lantaran, tutut adalah makanan tinggi protein.
"Kami akan mendesak Dinkes untuk cepat bergerak dalam kasus Tutut," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)