Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG Pusat Harry Tirto Djatmiko mengatakan hujan deras terjadi jelang musim kemarau berakhir. Hujan turun disertai dengan kilat dan petir.
"Hujan es bisa terjadi namun durasinya singkat," kata Harry melalui sambungan telepon dengan Medcom.id, Selasa, 23 Oktober 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Fenomena hujan es terjadi karena udara terasa gerah pada malam hingga pagi hari. Radiasi matahari cukup kuat ditunjukkan pada perbedaan suhu udara disertai dengan kelembaban cukup tinggi.
Lalu awan cumulus tumbuh dengan bentuk berlapis-lapis. Di antara lapisan, terdapat satu jenis awan yang mempunyai batas tepi sangat jelas. Warnanya abu-abu dan bentuknya seperti bunga kol.
"Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi lebih gelap dikenal dengan awan Cumulonimbus. Hujan es merupakan aktivitas dari awan tersebut. Selanjutnya hujan akan turun seperti biasa," paparnya.
Tapi, masyarakat tak perlu khawatir. Sebab, ujar Harry, meski wajar, hujan es sangat jarang terjadi. Bilapun terjadi, masanya singkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)