Salah satunya di halte Jalan Pelajar Pejuang 45, Bandung yang merupakan tempat pertama mulai bertempur para relawan untuk merubah imaje halte yang membosankan menjadi halte yang menyenangkan bagi masyarakarat.
"Baru seminggu kita hadir, sekarang ada tujuh relawan yang bersedia bergabung. Mereka mayoritas mahasiswa yang mempunyai luang waktu cukup banyak," kata Rosihan Fahmi, penggagas gerakan Rindu Menanti saat ditemui Metrotvnews.com di Halte Jalan Pelajar Pejuang 45, Bandung, Rabu (18/11/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Diakuinya, tidak banyak kendala berarti dalam menjalankan aktivitas baru tersebut termasuk mengenai keamanan para relawan saat melakukan kegiatan sosial tersebut di setiap halte. Hingga kini, lanjutnya, baru dua halte yang dijadikan tempat guna menularkan virus membaca buku yakni halte Jalan Jalan Pelajar Pejuang 45 dekat Hotel Horison dan halte Jalan Buah Batu tepatnya di depan kampus Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).
"Kita sekarang baru dua halte. Dan setiap susah melakukan kegiatan tersebut selalu ada evaluasi, baik dari segi keamanan para Penanti hingga banyak masyarakat yang menganggap kita sebagai sales buku," imbuh dia.
Baca: Relawan Pinjamkan Buku untuk Usir Bosan di Halte
Selain itu, Rosihan pun mengaku melakukan evaluasi halte yang menjadi tempat menebarkan virus membaca. Salah satunya di halte depan kampus STSI yang dinilai tidak efektif dan cukup sulit untuk melakukan interaksi dengan masyarakat. Pasalnya, di halte tersebut lebih dominan untuk calon penumpang angkot.
"Ya, kalau halte di depan STSI itu kebanyakan calon penumpang angkot. Sehingga mereka tidak ada waktu banyak untuk menunggu. Karena sasaran kita melayani masyarakat yang hendak menunggu bus yang relatif waktunya tidak menentu datang ke halte," kata dia.
Selain itu, penunjang halte pun seperti tempat parkir serta menjadi salah satu tolak ukur bagi Rosihan untuk menempatkan para relawan tersebut. "Jangan sampai motor-motor yang dibawa relawan parkir di bahu jalan. Kan malah bisa bikin macet. Jadi adanya tempat parkir menjadi salah satu syarat untuk menebar virus itu," ujar dia.
Sementara itu, salah satu calon penumpang bus mengaku cukup aneh dengan adanya komunitas Rindu Menanti ini. Tak sedikit dari masyarakat merasa penasaran dengan kehadiran mereka. Salah satunya Dian, yang hendak menggunakan bus ke arah Leuwi Panjang di Halte Pelajar Pejuang 45.
"Ya heran aja kenapa mereka mau berbuat seperti itu. Mereka ada dana dari mana, terus siapa yang mendanai mereka. Terus itu buku-bukunya dari mana. Tapi tadi pas dijelasin sama teteh-teteh relawan itu sekarang baru tahu," kata Dian di lokasi yang sama.
Menanggapi hal itu, Rosihan menegaskan kegiatan sosial ini murni tidak mengandalkan dana dari siapapun. Selain untuk menebarkan virus membaca, kegiatan itu pun sebagai penunjang para relawan yang mempunyai hobi nongkrong dan mau berbagi bahan buku bacaan yang dimilki.
"Kita tidak ada yang mendanai. Ini murni dari kita sendiri, bahkan buku-buku ini koleksi punya kita. Relawan yang punya buku, dibawa juga kesini supaya bisa juga dibaca oleh Menanti (calon penumpang, red) saat di halte," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(TTD)