"Selama kepemimpinan beliau (Emil) keberpihakannya terhadap guru honorer minim sekali. Padahal, harapan kami cukup besar. Ternyata masih sama saja, tidak ada perubahan untuk guru honorer," ujar ketua aksi guru honorer Kota Bandung, Usman Jamaludin, di sela unjuk rasa.
Atas dasar itu, Usman bersama guru honorer lainnya sepakat tidak memilih Emil di pilkada mendatang jika dia mencalonkan lagi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Mau dia tetap di Kota Bandung atau maju ke Jabar Satu, kami guru honorer sepakat tidak akan memilihnya," kata dia.
Guru honorer di salah satu SMK swasta di Kota Bandung itu mengaku kesulitan untuk mendapatkan tunjangan dari dana hibah Pemkot Bandung. Terlebih, asa untuk menjadi aparatur sipil negara (ASN) jauh dari angan-angan.
"Kami tahu, mengangkat orang menjadi PNS itu sulit. Ya, minimal ada kemudahan dalam memberikan tunjangan bagi kami. Jangan berbelit seperti ini. Sudah tiga kali pencairan, kami harus turun dulu ke jalan. Kan bisa dikeluarkan Perwal agar ataurannya bisa lebih mudah," tutur Usman.
Iwan Setiawan, guru honorer sejak 10 tahun lalu, juga mengeluhkan hal serupa. Dia menyesalkan rumitnya mendapatkan dana hibah.
"Katanya dulu mau sejahterakan kita, tapi buktinya tidak ada. Malahan sekarang dana hibah itu belum cair juga. Alasannya tidak ada yang menyalurkan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)