Seperti yang terlihat di Pondok Pesantren Dar al-Tauhid, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat, Senin (17/08/2015). Petugas dan peserta upacara di pondok Pesantren asuhan KH Ibnu Ubaidillah Syathori ini, menggelar upacara bendera a la santri.
Dalam upacara tersebut, sembilan petugas upacara dengan berusana sarung, peci dan sandal jepit, mengibarkan sang Saka Merah Putih. Tak itu saja, inspektur upacara dan semua peserta juga mengenakan busana serupa.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Seluruh rangkaian upacara dilakukan secara tertib. Urutan prosesi seperti pengibaran bendera hingga peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan berjalan dengan khidmat, tepat pukul 10.00 WIB.
Zaenal Muttaqin, Pengurus Pondok Pesantren Dar al-Tauhid, mengatakan persiapan upacara HUT RI ini cukup singkat. “Latihannya hanya tadi malam dan semuanya adalah santri pesantren ini," kata Mutaqqin.
Sesuai keharusan pesantren, penyelenggaraan upacara dipisahkan antara santri lelaki dan perempuan. "Hari ini kita menggelar dua upacara, karena upacara santri putri tempatnya dipisahkan. Kalau ditotal, jumlah santrinya sekitar 700 orang,” ucap Muttaqien.
Upacara peringatan HUT RI di pesantren ini sudah jadi rutinitas tahunan. Karena, hal ini merupakan intruksi langsung dari pengasuh.
“Pendiri pesantren ini yaitu Kyai Syathori, merupakan salah satu ulama yang selalu menekankan nasionalisme pada santrinya. Beliau juga ikut terlibat dalam perang 10 November bersama KH Abbas dan KH Amin Sepuh dari Cirebon, untuk membantu Kyai Hasyim Asy’ari di Surabaya,”
Malam sebelumnya, Minggu 16 Agustus, pesantren ini juga menggelar tahlil kubro untuk mendoakan dan mengenang jasa para pahlawan dan para kyai yang telah gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
“Peringatan ini akan terlihat sangat kecil jika dibandingkan dengan perjuangan yang telah diberikan para pahlawan. Sehingga, penghormatan dan jiwa nasionalisme terhadap Indonesia, perlu dipertahankan oleh santri,” kata Muttaqien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)