Logo itu tampak di beberapa sudut Kota Bandung, Jawa Barat. Kota Bandung patut berbangga, sebab dua pria yang mendesain logo itu putra daerah.
Adalah Muhammad Yahya, 40, dan Firman Mustarik, 35, mendapatkan kehormatan menjadi bagian dari sejarah peringatan KAA. Kedua pria lulusan Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengaku hanya membutuhkan waktu satu malam untuk pembuatan logo tersebut.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sebelumnya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memberikan tawaran itu pada mereka. Lalu Wali Kota memberikan nomor mereka kepada Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara mengenai desain tersebut.
"Malam itu Pak Emil (sapaan Ridwan Kamil) telepon kita, minta ijin memberikan nomor telepon salah satu dari kita untuk diberikan ke Pak Rudiantara. Enggak berselang lama, malam itu juga Pak Menteri telepon dan kita diminta untuk membuat logo KAA. Kita langsung kebut semalaman," ujar Firman kepada awak media di Cafe Le Marly, Jalan Citarum, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (14/4/2015).
Firman mengatakan ia dan Yahya membuat lima draft logo. Mereka lalu memberi draft itu ke Menkominfo sebagai pertimbangan. Satu di antaranya kini resmi menjadi logo peringatan ke-60 KAA di Jakarta dan Bandung.
"Kita buat logo punya anatomi lebih bagus, misalnya ukuran berapa, belokan berapa derajat," tutur Firman.
Penggunaan dua warna, Firman mengungkapkan, mewakili yaitu Asia dan Afrika. Warna merah menjadi simbol negara-negara di Asia. Sedangkan warna hijau menggambarkan negara-negara di Benua Afrika.
“Warna merah mewakili Asia karena kebanyakan kultur negara-negara Asia paling banyak keluar warna merah, misal masakannya. Sedangkan warna hijau yang mewakili negara-negara Afrika lebih kepada earthy, yang image board. Jadi persepsi umumnya kita ambil begitu," ungkap Firman.
Firman dan Yahya mengaku tak menerima uang sepeser pun atas karya monumental mereka itu. Keduanya mengaku karya itu murni sebagai bentuk pengabdian pada bangsa.
"Kami persembahkan untuk bangsa. Tidak memikirkan bayarannya. Sudah bisa dipakai pun Alhamdulillah. Karena karya kita sudah menjadi bagian dari sejarah KAA," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
