Foto: Salah satu mahasiswa IPB masih dirawat di rumah sakit karena terjangkit hepatitis/MTVN_Mulvi Muhammad Noor
Foto: Salah satu mahasiswa IPB masih dirawat di rumah sakit karena terjangkit hepatitis/MTVN_Mulvi Muhammad Noor (Cornelius Eko Susanto)

Air Isi Ulang Jadi Sumber Penyebaran Virus Hepatitis A di IPB

hepatitis a
Cornelius Eko Susanto • 15 Desember 2015 13:45
medcom.id, Jakarta: Air isi ulang dalam galon yang terkontaminasi virus hepatitis A dipastikan menjadi sumber penularan hepatitis A di Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat. Ini berdasarkan hasil uji laboratorium di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Kementerian Kesehatan, sejak 11 Desember lalu.
 
"Dari hasil surveilen epidemilogi dan laboratorium, air galon di sejumlah kantin dan asrama mahasiswa tercemar virus hepatitis A," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes, M Subuh, di Jakarta, Selasa (15/12/2015).
 
Selain tercemar virus hepatitis A, air galon itu juga terkontaminasi bakteri Escherichia coli (E coli) penyebab diare. Dengan demikian, lanjut Subuh, penyebaran penyakit yang terjadi di sana adalah murni karena masalah kebersihan makanan, minuman dan perseorangan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pada kesempatan itu, tim surveilen Kemenkes yang melakukan pemeriksaan bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor juga memastikan bahwa 28 mahasiswa IPB yang dirawat di rumah sakit semuanya positif mengidap hepatitis A bukan hepatitis B, seperti yang dinyatakan pihak kampus.
 
Adapun yang positif terkena hepatitis B adalah mahasiswi Fakultas Kehutanan IPB, Senna Desvia, yang telah meninggal beberapa waktu lalu.
 
"Yang hepatitis B itu seorang mahasiswi dari Sumatera Utara. Tapi dia di luar 28 mahasiswa yang terkena hepatitis A," ujar dia.
 
Menurut Subuh, tidak mungkin terjadi kasus hepatitis B secara serempak. Pasalnya, hepatitis B ditularkan lewat darah, seperti via pemakaian jarum suntik, dan penyakitnya tidak menimbulkan gejala klinis secara serempak. Biasanya pasien hepatitis B terdiagnosa terlambat, karena memang hampir tidak ada gejala.
 
"Tahu-tahu sudah sirosis hati (lever) atau kanker hati," kata dia.
 
Sedangkan yang terjadi pada ke-28 mahasiswa IPB tersebut, sangat identik dengan gejala hepatitis A. Pasalnya, terjadi secara serempak dengan gejala klinis serupa pula. Lantaran masa inkubasi virus hepatitis A 15 hingga 30 hari, diduga kuat, mereka terinfeksi virus sudah lama, jauh sebelum menunjukan gejala sakit (onset).
 
Lebih jauh Subuh menambahkan, apa yang terjadi di IPB belum masuk katagori wabah. Karena penularan masih terbatas dan tidak konsisten. Untuk kondisi di sana, katagori yang lebih tepat adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A, artinya kasus penularan penyakit itu dua kali lebih besar dari periode sebelumnya.
 
Selain itu Subuh menyebutkan, penyakit hepatitis A jarang sekali menimbulkan kematian pada penderitanya. Bahkan orang yang sudah terkena, bakal cenderung kebal dengan infeksi virus hepatitis A. Kemungkinan infeksi hepatitis berakibat fatal hanya terjadi pada orang lanjut usia dan orang yang memiliki penyakit kronis.
 
Pernyataan senada juga disampaikan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek. Menurut dia, mengonsumsi makanan dan minuman kotor di kantin dan warung sekitar kampus menjadi penyebab penularan hepatitis.
 
Sebelumnya puluhan mahasiswa IPB yang tinggal di asrama kampus IPB terpaksa dirawat di rumah sakit karena terjangkit hepatitis. Bahkan, salah satu mahasiswa meninggal karena penyakit tersebut.
 
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB Yonny Koesmaryono mengatakan, sebanyak 169 mahasiswa IPB dari berbagai fakultas mengeluh sakit. Untuk mencegah merebaknya penyakit hepatitis, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor telah melakukan pemeriksaan massal.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(TTD)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif