Hal ini, kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, akan memicu konflik di berbagai belahan dunia. Malah, lebih dari 70 persen konflik yang terjadi di dunia dipicu perebutan sumber energi dan pangan.
"Konflik ini sangat wajar terjadi,” papar Gatot saat memberikan kuliah umum di hadapan ribuan sivitas akademika Institut Pertanian Bogor (IPB), di Grha Widya Wisuda, Kampus IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat, Kamis, 23 Februari 2017.
Ia mencontohkan konflik yang terjadi di Suriah, terjadi karena perebutan sumber energi negara-negara besar di wilayah tersebut.
Melihat kenyataan ini, terangnya, banyak pakar dan akademisi di seluruh dunia berusaha menciptakan energi terbarukan sebagai pengganti energi fosil. Berdasarkan berbagai temuan ilmiah, salah satu energi baru yang dapat diciptakan berasal dari tumbuh-tumbuhan atau dikenal dengan sebutan energi hayati atau bioenergi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Namun, kecenderungan peningkatan penggunaan bioenergi memicu krisis harga pangan dunia meningkat sangat tajam. "Krisis pangan di Venezuela dan Kolumbia menyebabkan masalah sosial dan kriminal,” ujarnya.
Di Indonesia, krisis pangan bisa kapan saja terjadi dan patut diwaspadai. Ia menyampaikan perbandingan harga beras pada tahun 2017, di Indonesia rata-rata harganya Rp12.200.
Sementara harga beras broken white di Kamboja Rp6.317. Beras serupa di Thailand dihargai Rp4.482, dan beras putih grade B di Vietnam Rp5.107. Kondisi ini menjadi kesempatan berbagai pihak melakukan impor beras dan mengganggu ketahanan pangan nasional.
“Ini isu yang sangat strategis. Oleh karena itu, saya sangat semangat memberikan kuliah umum di sini. Saya berharap teman-teman mahasiswa IPB giat belajar dan menularkan ilmunya pada para petani,” paparnya.
Gatot mengatakan, pertanian mempunyai peran penting menentukan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2016, sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan menyumbang pertumbuhan ekonomi 5,02 persen.
“Mari kita maksimalkan modal geografi Indonesia baik dari sisi maritim maupun agraris untuk mewujudkan ketahanan bangsa,” tegasnya.
Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap terwujudnya ketahanan bangsa di bidang pangan, TNI membentuk Sentra Pelayanan Petani Padi Terpadu (SP3T) di Jombang. Gatot juga menyatakan ini menjadi tantangan IPB untuk menjawab berbagai persoalan ketahanan pangan.
Berkaitan hal tersebut, Rektor IPB Profesor Herry Suhardiyanto dalam sambutannya menyampaikan berbagai kiprah IPB di tingkat nasional maupun internasional.
“Inovasi IPB telah dirasakan masyarakat. Peran IPB semakin nyata di bidang pertanian, salah satunya inovasi IPB selama sembilan tahun berturut-turut terpilih sebagai inovasi Indonesia paling prospektif terbanyak sejak tahun 2008 -2016,” ujar Herry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)