medcom.id, Cirebon: Para petani garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengalami kerugian pascapanen. Lebih dari 800 petani mengeluhkan anjloknya harga garam yang hanya dihargai Rp200 per kilogram oleh para tengkulak setempat.
Leman, salah satu petani garam, mengatakan rendahnya harga garam dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, permainan para tengkulak, yang berikutnya ketidaktahuan para petani tentang standardisasi harga garam.
“Bisa dibilang semua petani yang ada di sini seperti itu, bon (utang) dulu kepada para tengkulak pada masa sebelum panen, nanti hasil untuk penjualan garamnya tidak boleh dijual selain ke penimbang (tengkulak) yang memberikan bon. Padahal bonnya paling Rp200-Rp500 ribu saja,” ujar Leman, Kamis (30/7/2015).
Selain Leman, hal yang sama juga diutarakan Asmali. Dia mengatakan pada awal-awal petani garam memanen hasilnya, yakni awal Juni, harga garam masih berada di kisaran Rp400 per kilogram. Selang beberapa minggu turun menjadi Rp350 per kilogram dan terus mengalami penurunan hingga sekarang.
“Dua hari lalu harga garam per kilonya masih Rp225. Nah, hari ini sudah turun lagi menjadi Rp200 per kilogram,” katanya.
Asmali dan Leman berharap pemerintah segera turun tangan menghentikan potensi hancurnya pasaran garam lokal akibat permainan para tengkulak itu. Menurut mereka, untuk panen kali ini, tidak ada sedikit pun keuntungan yang bisa dirasakan para petani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)
