"Gimana kabarnya semua. Baik kan?," kata Deddy Mizwar menyapa mantan pengikut Gafatar, sambil bersila di atas tikar, di Balai Dinas Sosial Jawa Barat, di Kota Cimahi, Senin (15/2/2016).
Wagub mengajukan sejumlah pertanyaan kepada mereka, seperti apakah selama berada di Kalimantan, anak-anak mereka tetap bersekolah atau tidak, dan apa yang dilakukan mereka selama berada di Kalimantan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Anak-anak home schooling. Kami ada tutornya dan enggak dipungut biaya buat home schooling ini," ujar Sutarno, 47, mantan pengikut Gafatar asal Kabupaten Indramayu.
Mantan pengikut Gafatar lainnya, Warnadi, 30, menuturkan alasan dirinya bergabung dengan Gafatar dan pindah ke Kalimantan. "Saya gabung dengan Gafatar tidak ada paksaan dari pihak mana pun. Di sana (Kalimantan) tanah murah pak. Satu hektare lahan harganya cuma Rp10 juta. Nah, kalau di sini (Pulau Jawa), bapak tahu sendiri bagaimana," kata Warnadi.
Ia juga meminta agar pemerintah daerah bisa memfasilitasi mereka setelah dipulangkan ke daerahnya masing-masing. "Saya di Indramayu 9 bersaudara. Satu rumah itu ditinggali oleh lebih dari tiga kepala keluarga. Nah, kalau saya kembali lagi ke Indramayu, itu pasti sudah kayak ikan pindang pak. Jadi saya mohon perhatiannya," kata dia.
Rencananya, hari ini, Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat kembali akan memulangkan mantan pengikut Gafatar ke kabupaten/kota masing-masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(TTD)