Hal itu disampaikan Ketua Pembina Yayasan Pribadi Bandung Husein Adiwisastra di Bandung, Senin 1 Agustus. Husein menegaskan lembaga pendidikan itu tak ada hubungannya dengan kudeta militer yang terjadi di Turki.
"Apabila Pemerintah Turki mengaitkan masalah kudeta dengan sekolah ini maka tidak relevan sekali," kata Husein dalam konferensi pers di sekolah yang berlokasi di Jalan PHH Mustopha, Bandung.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Husein menerangkan pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan organisasi nonpemerintah Turki, Pasiad, terkait sarana pendidikan. Namun pada 1 November 2015, kerja sama antara Pasiad dengan Pribadi School berakhir.
"Artinya hubungan itu berakhir jauh sebelum kudeta," ungkap Husein.
Lalu pada Juli 2016, kudeta terjadi di Turki. Sebuah organisasi teroris Fethullah atau Fethullah Terrorist Organization (FETO) disebut-sebut berada di belakang aksi kudeta.
Pada 29 Juli 2016, Turki meminta sembilan sekolah yang diduga berafiliasi dengan FETO di Indonesia ditutup. Satu di antaranya Pribadi Bilingual Boarding School di Bandung.
Husein tak terima dengan dugaan tersebut. Sebab, sekolahnya tak pernah mengajarkan kekerasan pada siswa.
"Kami justru mengajarkan nasionalisme dan budi pekerti kepada siswa," bebernya.
Husein menilai, keputusan pemerintah Indonesia tidak mengabulkan permintaan pemerintahan Turki sangat tepat.
Jauh sebelum kudeta tersebut pecah, lanjut dia, pihak Turki sudah lebih dulu menyampaikan kepada pemerintah soal isu keterkaitan dengan Organisasi Teroris Fetullah (FETO).
"Sebelum terjadi kudeta sudah pernah disampaikan ke beberapa menteri atas tuduhan ini, namun tidak pernah ditanggapi oleh mereka," ucapnya.
Meski organisasi negara Turki ini memberikan dukungan, yayasan pribadi menjamin tidak mengadopsi dan mengajarkan paham radikal kepada seluruh siswa tingkatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)