Petaka itu bermula ketika bocah 11 tahun itu mengikuti Perkemahan Sabtu-Minggu (persami) pada 4 Februari 2017. Kala semua peserta Pramuka melingkari api unggun, salah satu guru menyiramkan bensin ke tumpukan kayu.
Nahas, api menyambar tangan guru tersebut. "Guru panik, bensin yang ada di botol itu dilempar. Cipratan bensinnya kena anak saya," kata Mea Nursanti, 40, ibunda Helmi, saat ditemui di kediamannya, jalan Kencana Wangi VI, Blok A No. 10, RT 03/09, kelurahan Cijawura, kecamatan Buahbatu, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin, 17 Juli 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Peristiwa itu masih lekat di ingatan Mea. Betapa tidak, dia melihat sendiri kejadian itu. Bersama suaminya, Endang Wahyu Hidayat, 38, Mea mendampingi kegiatan Helmi.
Namun, Mea belum tahu kalau anaknya yang jadi korban. Saat melihat api telah membubung tinggi, dia langsung menuju kerumunan.
"Saya lari, saya ambil anak yang terbakar. Ternyata anak saya yang terbakar," katanya mengenang.
Mea membawa Helmi ke klinik sekitar lokasi, sebelum akhirnya merujuk ke rumah sakit.
Ia menuturkan, anaknya mengalami luka bakar mulai dari mata kaki sampai pangkal paha. Seluruh kulit Helmi terkelupas dan gosong.
"Waktu kejadian sekitar 25 persen lukanya, tapi sekarang lukanya jadi 36 persen," tutur Mea.
Helmi pun sempat mendapatkan perawatan intensif selama empat bulan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Namun saat itu pihak rumah sakit mempersilahkan Helmi untuk menjalani perawatan di rumah.
"Empat bulan di RSHS, terus kemarin sempat ke RS Borromeus juga. Tapi karena terkendala biaya, hanya empat hari kita bawa Helmi," tutur Mea.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)