Situs makam Eyang Siri disebut-sebut sebagai cikal bakal Kerajaan Sumedang Larang. Karenanya, gelaran upacara HUT Ke-70 RI dihelat di sana sebagai upaya menjaga kelestarian situs sakral tersebut.
“Kami melaksanakan upacara peringatan HUT RI di sini sebagai bentuk dukungan untuk menolak penggenangan terhadap situs-situs yang disakralkan oleh masyarakat, bahkan dijadikan cagar budaya dan dilindungi oleh undang-undang,” ujar budayawan Jawa Barat, Acil Darmawan Hardjakusumah kepada Metrotvnews.com.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut musisi yang dikenal sebagai Acil Bimbo itu, situs-situs tersebut merupakan simbol dan kabuyutan (tempat sakral) bagi masyarakat Sumedang. "Pemerintah jangan seenaknya main genang saja, ini bentuk pemerintah tidak bisa ngaragap hate (mengambil hati) rakyat," kata Acil.
Acil mengatakan langkah pemerintah yang memaksakan penggenangan merupakan cara pemerintah untuk mengusir masyarakat yang ada di wilayah genangan. Acil juga mempertanyakan profesionalitas pemerintah. Utamanya, soal waktu penggenangan waduk.
"Jadwal penggenangan yang berubah-ubah membuktikan kalau pemerintah tidak memiliki konsep dan terkesan amatiran," sebut Acil.
Turut hadir dalam upacara tersebut antara lain masyarakat adat dari Yayasan Sunda Sadulur, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS). Serta elemen budaya lain yang ikut menolak Waduk Jatigede.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)