"Ini kondisi terparah karena semua padi saya habis dirusak. Dulu tikus itu memang ada, tapi sedikit," kata Rukmin, 54, petani penggarap, saat ditemui Senin 29 Agustus 2016.
Rukmin menerangkan hewan pengerat itu merusak lahan petani pada malam hari. Tikus juga masuk ke dalam rumah dan bercericit kencang. "Tikusnya itu banyak sekali, ukurannya juga besar dan tidak takut oleh kucing atau manusia," kata dia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Rukmin dan sejumlah petani mengaku merugi. Dia harus kehilangan hasil padi seluas 250 tumbak dan modal Rp3 juta ludes.
"Di sini ada 40 petani yang menggarap sawah di atas lahan seluas 17 hektare. Semuanya rugi karena hama tikus ini," ujarnya.
Penyuluh dari Kementerian Pertanian, Deden Sudarman, mengatakan petugas Balai Penyuluhan Pertanian Diskopindagtan Kota Cimahi dan tenaga bantu telah mendatangi dan mengecek areal persawahan warga yang diserang tikus.
"Untuk mencegah, kami akan pakai tiran tikus (pestisida). Kami juga akan mengajak masyarakat bergotong royong menangkap tikus," paparnya.
Saat ditanya penyebab hama tikus, Deden menyebut pemicunya adalah sanitasi yang buruk di sekitar areal persawahan. Selain itu, kebiasaan warga sekitar membuang dan membakar sampah di dekat sawah.
"Selain itu, di sini petani menggunakan benih padi Inpari 33. Seharusnya menanam benih yang tahan limbah, yakni Inpari 34," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)