Siswa berbondong-bondong memasuki halaman Gedung Sate. Mereka berasal dari 136 TK, SD, SMP, dan SMA se-Jawa Barat. Beberapa mahasiswa pun turut dalam kegiatan tersebut.
Mereka berbaris sambil memegang angklung masing-masing. Lalu tepat pukul 09.00 WIB, konduktor memimpin para siswa untuk memainkan angklung dengan menyanyikan beberapa lagu, di antaranya Perahu Layar, Berkibarlah Benderaku, dan Peyeum Bandung.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kepala Dinas Peristiwa dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Ida Hernida mengatakan kegiatan itu merupakan even tahunan. Kegiatan itu dilakukan setelah UNESCO menyatakan angklung sebagai warisan budaya tak benda pada 2010.
"Kegiatan ini sebagai bentuk kebanggaan warga Jabar atas budaya seni angklung," kata Ida di sela acara.

(Angklung, Ant)
Dengan mengajak para siswa sebagai peserta, Ida berharap anak-anak muda dapat mengenal budaya bangsa, khususnya Jabar. Kemudian anak-anak muda dapat melestarikan budaya itu sehingga tak hilang digerus zaman.
Asti, mahasiswa, mengaku senang mengikuti kegiatan tersebut. Acaranya meriah. Ia juga senang memainkan alat musik angklung.
"Banyak pelajar di acara ini. Kami bermain angklung. Semoga acara tahun depan lebih ramai," kata Asti yang kini mengenyam pendidikan di Politeknik Bandung.
Angklung merupakan alat musik tradisional yang menjadi ciri khas masyarakat Sunda. Alat musik ini berbahan bambu. Cara memainkannya yaitu menggoyangkan bambu hingga pipa bambu bergemuruh dan menghasilkan bunyi.
Pada November 2010, UNESCO memasukkan angklung sebagai karya agung warisan budaya lisan dan nonbendawi manusia milik Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)