Tim medis berasal dari Dinas Kesehatan Kota Bandung, Palang Merah Indonesia (PMI) Bandung, serta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kota Bandung. Mereka disebar di tiga titik di dalam stadion.
"Kemudian beberapa titik di jalan, serta ada juga yang berpatroli,” kata salah satu anggota tim medis dari STIKes Darma Husada Bandung, Hilman Firmansyah kepada Metrotvnews.com.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dari unit kesehatan yang disediakan tersebut, lanjut Hilman, pihaknya mendapati lebih dari 20 peserta yang jatuh pingsan. Hal ini, kata dia, disebabkan oleh cuaca yang cukup panas ditambah kurangnya persiapan peserta.
“Karena acara disiapkan sejak pagi-pagi sekali, mungkin mereka belum sarapan, ditambah cuaca cukup terik,” kata Hilman.
Dalam menangani peserta yang pingsan dan mengalami kondisi kesehatan yang menurun, tim medis memberikan pelayanan berupa pengobatan dan pemberian oksigen serta asupan guna mengembalikan vitalitas peserta.
“Kami memberikan makanan ataupun minuman yang bisa membuat mereka kembali pulih,” katanya.
Hilman mengaku, ratusan anggota tim medis yang disiagakan dalam pagelaran yang melibatkan puluhan ribu peserta tersebut belum begitu cukup, oleh karena itu, pihaknya memaksimalkan bagian tim yang bertugas untuk berpatroli ke seluruh area acara.
“Barangkali ada peserta yang lokasinya jauh dari titik relawan medis akan tetapi segera membutuhkan penanganan,” lanjutnya.
Pertunjukkan dengan melibatkan sebanyak lebih dari 20 ribu peserta ini akhirnya menyabet rekor dunia sebagai pementasan angklung dengan peserta terbanyak versi Museum Rekor Indonesia (MURI). Kegiatan yang melibatkan peserta para siswa dari berbagai tingkatan sekolah di Kota Bandung dan masyarakat umum ini digelar sebagai bagian dari Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)