Emil berkaca pada pengalamannya mengikuti Pemilihan Wali Kota Bandung pada 2013. Saat itu, kata Emil di Balai Kota Bandung, Senin 29 Februari, ia merupakan kandidat dengan tingkat elektabilitas rendah, yakni 6 persen.
"Saya dulu memulai pemilihan di Bandung sebagai 'nobody', sementara incumbent sudah 30 persen. Dan akhirnya saya menang 45 persen dengan determinasi dan strategi kreatif ini itu," ujar Emil di Balai Kota.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dalam sebuah survei Pilgub DKI, Emil mengakui elektabilitasnya mencapai 20 persen. Tingkat popularitasnya 60 persen.
"Survei ini tanpa saya melakukan apa-apa. Saya kan belum bergerak," ungkap Emil.
Dengan kata lain, Emil menyatakan agar tidak ada kandidat yang meremehkan calon yang berangkat dari elektabilitas rendah. Kalah dan menang dalam persaingan, Emil menganggapnya itu sebagai hal yang biasa.
"Saya mundur bukan karena takut kalah. Menang kalah itu biasa. Saya kalah dalam sepak bola itu sering, cinta pernah ditolak dua kali, masuk arsitek karena gagal masuk teknik kimia Institut Teknologi Bandung. Saya sudah melewati semua itu," ujar Emil.
Menurut pria berkacamata ini ia sudah biasa mendapat makian dan bully di media sosial terkait sepak terjangnya di dunia politik. "Politik itu bising. Insya Allah saya sudah kebal," kata Emil.
Ia kembali menegaskan jika keputusannya mundur dari cagub DKI dikarenakan tanggung jawabnya belum selesai sebagai Wali Kota Bandung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)