Novina Andriani selaku sekertaris tim dokter dari RSHS yang menangi Arya Permana selama menjadi program diet di RSHS Bandung saat memberikan keterangan pers pada Kamis (14/7/2016). (Metrotvnews.com/Roni Kurniawan)
Novina Andriani selaku sekertaris tim dokter dari RSHS yang menangi Arya Permana selama menjadi program diet di RSHS Bandung saat memberikan keterangan pers pada Kamis (14/7/2016). (Metrotvnews.com/Roni Kurniawan) (Roni Kurniawan)

Tim Dokter Belum Temukan Penyebab Obesitas Arya

obesitas
Roni Kurniawan • 14 Juli 2016 14:02
medcom.id, Bandung: Tim dokter dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung masih terus mengobservasi Arya Permana, bocah 10 tahun berbobot hampir 2 kuintal. Meski sudah dirawat sejak Senin, namun hingga Kamis 14 Juli, tim dokter belum menemukan penyebab obesitas bocah asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat, itu.
 
"Saat ini pemeriksaan laboratorium sudah dilakukan. Beberapa belum mengeluarkan hasil, jadi kami belum bisa menerangkan hasilnya," ujar Novina Andriani dokter spesialis anak bagian endokrin yang merangkap Sekretaris Tim Dokter RSHS.
 
Diakuinya, kemungkinan utama obesitas Arya karena berlebihan mengkonsumsi makanan. Namun, ia belum bisa memastikan secara jelas termasuk menulusuri kemungkinan faktor genetis.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Kami sedang cari tahu penyebab pastinya, kemungkinan obesitas bisa karena primer, over dari makanan, dan sekunder yang bisa penyebabnya apakah faktor genetik apakah hormonal apakah yang lain-lain yang mungkin nonorganik yang sedang kami telusuri," tuturnya.
 
Tim Dokter Belum Temukan Penyebab Obesitas Arya
Ruang Kenanga di lantai 2 RSHS Bandung, Jabar, tempat Arya Permana menjalani program penurunan berat badan. (Metrotvnews.com/Roni Kurniawan)
 
Sementara itu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan hingga saat ini, kata Novina, Arya mengalami kelainan pada lemak atau dislipidemia. Ini yang menyebabkan berat badannya melebihi batas normal. Hal itu pun yang menyebabkan penurunan kolestrerol baik atau HDL dalam tubuh Arya.
 
"Kemarin yang sudah kami periksakan, yang sudah kami dapatkan itu Arya mengalami dislipidemia. Jadi memang HDL-nya agak kurang sedikit. Jadi itu mungkin nanti akan kami tata laksana sesuai indikasinya," pungkasnya.
 
Arya sudah empat hari berada di RSHS Bandung. Bobotnya kini telah menjadi 186,8 kilogram dari sebelumnya 190 kilogram. Saat ini Arya ditempatkan di ruang Kenanga lantai 2. Dia terus mendapatkan program diet dari tim dokter RSHS.
 
Fakta Arya
Arya merupakan anak pasangan Rokayah-Ade Somantri, keluarga sederhana yang tinggal di Karawang, Jabar. Saat lahir, bobot Arya cukup normal, yakni 3,8 kg. Namun, keanehan mulai tampak saat usianya menginjak lima tahun.
 
Nafsu makan Arya bertambah drastis diikuti berat tubuhnya. Dia bisa menghabiskan dua kali porsi makan orang dewasa dalam sekali makan. Belum ditambah 20 bungkus sejenis sirup kemasan tiap hari. Orangtuanya mengaku harus cari utangan untuk biaya makan Arya.
 
Besarnya nafsu makan itu membuat bobot Arya mencapai 72 kg saat usia masuk delapan tahun. Padahal, untuk anak seusianya berbobot maksimal 50 kg. Bobotnya makin tak terkendali saat menginjak 10 tahun, mencapai 190 kg.
 
Media asing, Dailymail menjuluki Arya sebagai “The Worlds Fattest Boy”. Oleh pemerintah, akhirnya Arya dibawa ke RSHS Bandung untuk menjalani program penurunan berat badan. Sedikitnya 13 dokter bekerja sama untuk menurunkan berat badan Arya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif