Senyum kecil Fahri nampak menghiasi sebuah rumah di Jalan Raya Cipadung Rt 01 Rw 03 Nomor 459, Kelurahan Cipadung, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat. Duduk manis di atas kasur sambil menghadap ke televisi, Fahri nampak tak terlihat semringah menyambut kedatangan awak media.
Sang ibu, Sri Astatati Nursani, selalu berada di samping Fahri untuk mendampingi agar sang anak agar tetap terjaga. Wanita 32 tahun itu pun tetap tegar dan berusaha tersenyum meskipun melihat kenyataan kondisi sang anak yang berbeda dengan teman sebayanya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Fahri yang mengalami kelainan tulang saat ini baru duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar (SD). Penyakit yang ia derita, membuat Fahmi harus membatasi berbagai aktivitas, termasuk bermain.
"Fahri dari umur 4 tahun udah ada kelainan tulang, cuma pas 5 tahun baru ketahunan ada penyakit Osteogenesis Imperfecta," kata Sri saat ditemui di kediamannya, Jumat 31 Maret 2017.
Sri bercerita, awal mula Fahri mengidap penyakit tersebut saat berusia 4 tahun sempat jatuh saat berjalan. Tulang kaki kanan Fahri tiba-tiba patah. Sri lalu membawa Fahri untuk diperiksa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
"Terus di bawa ke RSHS selama setahun. Tapi pas umur lima tahun baru ketahuan ada penyakit Osteogenesis Imperfecta," tuturnya.
Sri pun sempat putus asa karena selama menjalani perawatan dokter mengatakan tidak ada obat untuk menyembuhkan anak sulungnya tersebut.
Akan tetapi asa pun hadir setelah seorang awak media meliput kondisi Fahri bahkan membawa untuk talkshow ke salah satu acara di televisi.
"Waktu itu pas udah rame di media pas udah masuk televisi, Alhamdulillah banyak orang berdatangan. Terus ada dokter yang bilang ada obatnya," lanjut Sri.
Setelah mendapatkan obat yang disebutkan oleh salah seorang dokter pun Fahri menjadi lebih baik. Bahkan saat ini Fahri sudah bisa duduk dan jalan meski harus merangkak.
"Iya sekarang mah udah bisa duduk semenjak dikasih obat itu. Dia juga suka maen kelereng sambil ngesot gitu, jadi sering beraktivitas," urainya.
Namun harga obat yang diberikan untuk Fahri harganya begitu sangat mahal. Pasalnya untuk satu kali suntik, Sri harus mengeluarkan uang sebesar kurang lebih Rp16 juta. Bahka Sri pun harus menjual rumahnya untuk menutupi kebutuhan membeli obat tersebut.
"Dulu mah pertama harganya Rp16 jutaan. Tapi sekarang karena sudah dikasih BPJS jadi harus bayar Rp3,8 juta untuk setiap kali suntik setiap bulannya," pungkas Sri.
Meski mendapat keringanan untuk membeli obat, namun harga Rp3,8 juta tentu sangat besar bagi Sri. Pasalnya Sri berjuang sendirian untuk mengurus dan menghidupi Fahri serta adiknya yang masih berusia tujuh tahun tidak punya penghasilan tetap setiap harinya.
"Iya besar juga segitu. Apalagi saya hanya jualan tisu," tandas Sri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)