Seluruh mahasiswa dan mahasiswi mengenakan seragam seperti biasa. Ada yang mengenakan seragam atasan hijau dan putih. Tapi mereka melengkapi penampilan dengan mengenakan sarung bermacam corak sebagai bawahannya.
Bukan hanya mahasiswa dan mahasiswi, dosen yang mengajar pun mengenakan sarung. Meski suasananya berbeda, kegiatan perkuliahan tetap berjalan lancar.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Ini instruksi yayasan. Semua lembaga pendidikan yang ada di Pesantren Buntet diminta untuk mengenakan sarung," kata Aisyah, mahasiswi semester III di Akper Ponpes Buntet.
Aisyah merasa bangga bisa berkuliah di pesantren tersebut. Sehingga ia dapat merasakan suasana sebagai santri sekaligus memperingati Hari Santri Nasional. Pada 2015, Hari Santri Nasional digelar untuk kali pertama di Indonesia sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pengurus Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet mengatakan pengenaan sarung sebagai bentuk syukur atas penetapan dan peringatan Hari Santri. Apalagi, sesepuh Ponpes Buntet Kiai Abbas Abdul Jamil turut berperan dalam Resolusi Jihad dan gerakan memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia pada 10 November 1945.
"Ini semua bentuk syukur kita atas peringatan hari santri, mungkin tahun depan akan lebih semarak lagi," ujar pengurus YLPI Buntet KH Aris Ni'matullah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
