Konferensi pers pencanangan konversi buku ke dalam bentuk braile dan buku audio di Balaikota Bogor, Senin (27/7/2016). Foto: Metrotvnews.com/Mulvi
Konferensi pers pencanangan konversi buku ke dalam bentuk braile dan buku audio di Balaikota Bogor, Senin (27/7/2016). Foto: Metrotvnews.com/Mulvi (Mulvi Muhammad Noor)

Bima Arya Tantang Emil Tulis Ulang Buku ke Braile

tunanetra
Mulvi Muhammad Noor • 25 Juli 2016 20:23
medcom.id, Bogor: Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, menantang koleganya Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil (Emil), membuat buku braile dan audio bagi penyandang tuna netra. Permintaan itu untuk memperbanyak jumlah dan variasi buku braile dan audio, serta mendukung kesamaan hak memperoleh pengetahuan.
 
Bima mengatakan pemerintah daerah berperan menyediakan buku braile. Salah satunya dengan mengajak atau mendorong warganya ikut serta dalam pencanangan konversi buku untuk tuna netra.
 
"Saya menantang sahabat saya, wali kota juga, aktif di media sosial dan berbuat sosial, Ridwan Kamil, untuk membantu penyediaan buku bagi saudara kita yang memiliki keterbatasan," kata Bima di Balaikota Bogor, Senin (25/7/2016).

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pemerintah Kota Bogor bersama PT IBM Indonesia dan Yayasan Mitra Netra mencanangkan konversi buku braile dan audio. Pemilihan Kota Bogor sebagai lokasi pertama pencanangan dilakukan oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
 
Pada pencanangan tersebut, tak kurang dari 500 peserta yang kebanyakan pelajar SMP dan SMA mengetik ulang buku bacaan bertulisan latin. Hasil ketikan kemudian diunggah ke situs seribubuku.kebi.or.id untuk dikonversi menjadi buku braile atau buku audio oleh Yayasan Mitra Netra.
 
Ketua Pembina Yayasan Mitra Netra, Anita Ratnasari Tanjung, mengatakan kegiatan sosial ini memberikan kontribusi besar dalam pengadaan buku yang dapat diakses tuna netra. Terlebih, konversi buku biasa ke braile dan audio saat ini masih minim, masing-masing 2.500 dan 2.800 judul dari 10.000 judul buku biasa yang diterbikan.
 
"Buku-bukunya pun terbatas pada kategori tertentu, seperti buku pelajaran sekolah. Padahal, tunanetra juga punya hak untuk bebas mengakses buku apapun sesuai kebutuhan dan minatnya," kata Anita.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(UWA)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif