"Sudah mulai berkurang. Ada yang bangkrut, sisanya kendaraan dirumahkan. Selain itu juga, sekarang sudah tidak ada untung, pengemudi juga untuk setoran enggak nutup," ungkap Dewan Perwakilan Cabang Federasi Serikat Pekerja Transportasi Indonesia (FSPTI) Kota Bandung, Anna Sumarna, kepada Metrotvnews.com di Terminal stasiun Bandung, Kamis 19 Oktober 2017.
Jumlah pemilik angkutan kota diperkirakan berkurang dan aktif sekitar 30 persen saja. Rata-rata angkutan kota yang paling terdampak dari muncul moda angkutan baru, seperti transportasi berbasis aplikasi. Sementara itu, mengenai angkutan bus dalam kota yang dikelola perusahaan seperti Damri masih tergolong aman.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kalau untuk bus dalam kota enggak ada masalah. Kira-kira ada 600 kendaraan dan sopirnya sudah mendapatkan upah tetap," kata dia.
Warga banyak beralih ke transportasi online karena alasan nyaman, murah dan efesien. Anna membantah jika angkot disebut tak memiliki standar pelayanan, seperti acap ugal-ugalan atau sering ngetem dan tak punya waktu.
Anna menegaskan, pengendara angkutan kota harus memiliki SIM dan kelengkapan kendaraan. "Angkutan umum yang sekarang itu sudah minimal pelayanannya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SUR)
