Sepekan lalu, hujan deras mengguyur wilayah Garut. Sungai Cimanuk tak mampu menampung air hujan. Sungai meluap dan membanjiri tujuh kecamatan di bantaran sungai.
Puluhan orang meninggal. Puluhan lainnya hilang. Ratusan rumah luluh lantak. Pelayanan di perkantoran hingga rumah sakit pun putus.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

(Ketua Dompet Kemanusiaan Media Group Ali Sadikin menyerahkan bantuan pada korban banjir bandang di Garut, MI - Panca Syurkani)
Harta benda raib. Bahkan, alat memasak pun hanyut tergerus arus banjir.
Meski bantuan makanan terus berdatangan, warga korban banjir tak dapat memasak. Tak jarang mereka terpaksa memakan mi instan mentah.
Aji Kurnia, 30, mengaku kelaparan di posko pengungsian Kecamatan Tarogong Kaler. Mereka mendapat bantuan mi instan dari relawan.
"Tapi mau direbusnya pakai apa. Kompor gasnya hanyut bersama barang-barang lain. Jadi kami makan mi mentah untuk mengganjal perut," kata Aji, warga Kampung Lapang Paris.

(Relawan menurunkan bantuan untuk warga korban banjir bandang di Garut, MI - Panca Syurkani)
Kalaupun masih ada warga yang memiliki kompor gas, tetap saja peralatan memasak itu tak berfungsi. Pasalnya, kompor sudah terendam air bercampur lumpur.
Aji berterima kasih pada relawan yang memberikan bantuan bahan makanan maupun kebutuhan lain. Namun Aji juga berharap donatur juga dapat menyediakan peralatan memasak terutama kompor dan tabung gas.
"Selain itu, kami juga membutuhkan alat untuk membersihkan lumpur dan puing-puing bangunan," lanjut Aji.
Baca: 20 Masih Hilang, 34 Meninggal Akibat Banjir Garut
Banjir bandang menerjang tujuh kecamatan di Garut pada Selasa malam 22 September. Hingga hari kelima setelah banjir, petugas menemukan 34 korban dalam kondisi tewas. Sementara 20 lainnya hilang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)