Ketua Perkumpulan Pengusaha Malioboro Ahmad Yani (PPMAY) Sadana Mulyono menyebut banyak pedagang kaki lima (PKL) tidak memperhatikan kondisi di sekitarnya. Akibatnya PKL menutup akses masuk ke toko.
"Kami pun menilai, jumlah pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Malioboro dan Ahmad Yani, terutama sisi barat, sudah terlalu banyak," kata Sadana di Yogyakarta, Senin, 3 September 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Selain itu, lanjut dia, banyak lahan yang digunakan sebagai tempat PKL berjualan justru sudah berpindah tangan dan diperjualbelikan oleh PKL. Padahal, lahan yang digunakan untuk berjualan tersebut sebenarnya masih menjadi hak milik pengusaha toko.
"Sertifikatnya pun ada. Kami tidak dapat apa-apa, tetapi lahan tersebut justru dimanfaatkan oleh PKL dan diperjualbelikan ke pihak lain," katanya.
Harga sewa maupun harga jual lahan untuk PKL cukup mahal, mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Bahkan Sadan menyebut ada lahan yang harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulan.
PKL dulu memiliki izin untuk berjualan. Namun, kini mereka tidak hanya memiliki satu lapak.
Kemampuan ekonomi dari PKL, lanjut Sadana, juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Ada PKL yang mampu memiliki mobil mewah.
"Jika sudah demikian, maka mereka bukan lagi PKL. Tetapi sudah juragan PKL," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SUR)