Kabid Perkebunan pada Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kendal, Harjito mengatakan, realisasi tanam tembakau tahun lalu masih di bawah target. Hanya 3.600 hektare lahan tembakau, di bawah 4.000 hektare yang ditargetkan.
"Sudah tiga kali berturut-turut kita tidak bisa merealisasikan target. Jumlah petani yang menanam tembakau turun signifikan," kata Harjito di Kendal, Senin (30/5/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dia menyebut, hingga musim awal tanam tembakau, belum ada pabrikan yang menyatakan niat menyerap tembakau petani. Kondisi ini jelas membuat petani tembakau resah.
Namun, Harjito berjanji akan mengusahakan agar pihak pabrik mau membeli tembakau petani sebelum panen. "Agar panen petani bisa dibeli pabrikan,’’ tambah Harjito.
Ketua Asiosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kendal Mundakir mengatakan saat ini petani tembakau terancam punah. Ini diakibatkan terus merosotnya harga tembakau.
Pada 1977, kata Mundakir, harga satu kilogram tembakau setara dengan satu gram emas. Dia menyebut, saat itu harga emas Rp300/gram. Karenanya, saat itu tembakau kerap disebut sebagai emas hijau.

Petani mengemas tembakau di Cepiring, Kendal, Jateng. (Ant/Anis Efizudin)
"Tapi sekarang harga emas satu gramnya sudah mencapai Rp400 ribu lebih, tembakau malah terpuruk,’’ jelas Mudakir.
Catatan Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kendal, menyebut daerah ini terkenal dengan dua jenis tembakau. Yaitu Welerian dan Temanggungan. Realisasi tanam tahun lalu, tembakau jenis Welerian mencapai 3.294 hektare. Daerah penanam paling banyak yaitu Kecamatan Ringinarum dengan total lahan mencapai 1.050 hektare disusul Kecamatan Gemuh 805 hektare.
Sedangkan tembakau jenis Temanggunangan luasanya 502 hektare dengan daerah penanam paling banyak yaitu Sukorejo 326 hektare dan Kecamatan Plantungan 146 hektare.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)
