medcom.id, Solo: Memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2016 yang penuh persaingan, para pengusaha batik mulai mengencangkan ikat pinggang. Salah satunya mengembangkan desain dan model produk batik supaya dilirik pasar dunia. Pemilik Batik Pria Tampan, Andri Setyawan, mengaku menggunakan acuan musim dunia sebagai model baju batiknya.
“Di sini kami mengembangkan desain musim-musim di luar negeri seperti summer, spring, autumn, dan winter. Itu kita aplikasikan ke dalam motif batik,” kata Andri saat ditemui di showroom Batik Pria Tampan, Jalan Sidoluhur Nomor 52 Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (2/1/2016). Pihaknya juga mengaku menjalin kerja sama dengan desainer Amerika untuk mengembangkan desain batik.
“Model apa yang diminati kami buatkan, lalu kami ekspor,” paparnya. Melihat selera dunia, imbuhnya, sangat penting dilakukan di samping menguatkan pondasi manajemen perusahaan dalam memasuki MEA.
Andri mengatakan Batik Pria Tampan juga terus melakukan penggantian desain dan model yang mengikuti selera masyarakat. Dalam satu tahun, kata dia, dihasilkan 163 desain dan 550 warna. “Sedangkan untuk model kita juga mengikuti selera pasar sehingga batik tidak kaku namun bisa digunakan sebagai busana sehari-hari,” ujarnya.
Memasuki MEA, Andri tidak merasa khawatir sebab 90 persen produk batiknya telah memasuki pasar ekspor sejak delapan tahun lalu. Kendati demikian, Andri mengatakan sosialisasi dari pemerintah masih kurang.
“Kita tahu MEA, persaingan akan semakin terbuka. Namun seperti apa bentuknya. Di kampung batik Laweyan ini misalnya, apakah orang Malaysia dapat berinvestasi atau malah bisa mendirikan toko. Aturannya seperti apa belum jelas,” kata dia.
Pengusaha batik lain di kawasan Kauman, Solo, Gunawan Setiawan mengatakan dalam era MEA pemerintah harus berperan aktif memberi kemudahan aktualisasi pengusaha batik.
“Misalnya dengan melatih sumber daya manusia, membuat produk yang berkualitas, pameran ke kota-kota besar bahkan ke luar negeri, kemudahan perizinan, pajak dan investasi yang berhubungan dengan produksi, serta kreativitas,” kata pengusaha batik yang masih mempertahankan pewarna alami pada beberapa produk batiknya ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)