Industri kacang mete. FOTO: MEtro TV/ERWIN HIDAYAT
Industri kacang mete. FOTO: MEtro TV/ERWIN HIDAYAT (Erwin Hidayat)

Bahan Baku Minim, Industri Kacang Mete Gunungkidul Lesu

industri makanan
Erwin Hidayat • 10 April 2015 15:36
medcom.id, Gunungkidul: Produksi mete di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta  selama kurun waktu tiga tahun terakhir terus menurun. Demi mencukupi kebutuhan pasar, sejumlah pengusaha mete terpaksa mendatangkan bahan baku dari luar Gunungkidul.
 
Ketua Kelompok Usaha Bersama, Dadi Mulyo, Padukuhan Banjardowo, Desa Gedangrejo, Karangmojo, Suraji mengatakan penurunan produksi mete mencapai 50 persen. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, mereka terpaksa mendatangkan bahan baku dari daerah Pacitan dan Wonogiri.
 
"Turunnya produksi akibat tingginya intensitas hujan. Sehingga banyak buah mete yang jatuh terkena air hujan sehingga produksi mete menurun," katanya saat ditemui di rumah produksinya, di Padukuhan Banjarejo, seperti diberitakan Jumat (10/4/2015).

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dia menjelaskan, untuk musim panen yang meliputi tiga wilayah yakni Desa Karangmojo, Desa Jatiayu dan Gedangrejo hanya mampu mengasilkan 35-40 ton mete dalam sekali panen. Padahal dalam panen sebelumnya, tiga wilayah tersebut menghasilkan 70 ton mete.
 
"Ada sekitar 30 pengrajin mete di KUBE Dadi Mulyo, padahal setiap pengrajin membutuhkan satu hingga 1,5 ton bahan mete per bulannya. Ini yang membuat kita harus mendatangkan bahan baku dari daerah lain," jelasnya.
 
Suraji melanjutkan, para pengrajin harus mengeluarkan modal yang cukup banyak untuk mendatangkan bahan baku dari daerah lain. Setiap kilonya mereka harus rela membeli bahan mete dengan harga Rp19 ribu-Rp20 ribu per kilonya. "Harganya meningkat dua kali lipat, padahal saat panen raya, harga bahan hanya Rp10 ribu-Rp12 ribu per kilonya," terangnya.
 
Suraji mengungkapkan, musim panen mete hanya terjadi sekali dalam setahun. Yakni sekitar Agustus hingga Desember. Produksi dari tiga desa yang masuk dalam kelompoknya saat ini tidak mampu mencukupi jumlah pengusaha mete yang ada.
 
"Kita mengambil dari daerah yang masih satu kawasan dengan Gunung Sewu, karena kualitas dan rasa metenya sama," paparnya.
 
Sementara pengrajin mete Desa Gedangrejo, Sulatri mengatakan, harga mete siap goreng saat bahan sulit didapat meningkat hampir dua kali lipat. Mete kering oven dengan kualitas baik saat ini dijual dengan harga Rp110 ribu per kilonya.
 
"Saat produksi bahan melimpah harga mete hanya Rp60 ribu-Rp65 ribu per kilonya. Kini naik dua kali lipat," ujar dia singkat.
 
Para pengrajin berharap, dinas terkait dapat melalukan peremajaan tanaman mete di wilayahnya. Sebab saat ini banyak tanaman mete yang sudah tergusur dengan tanaman keras lainya. "Kita berharap ada peremajaan tanaman mete sehingga produksinya bisa terus meningkat," pungkas Sulastri.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(AHL)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif