Penjual jengkol di Pasar Induk Kajen, Pekalongan, Jawa Tengah. (Metrotvnews.com/Kuntoro Tayubi)
Penjual jengkol di Pasar Induk Kajen, Pekalongan, Jawa Tengah. (Metrotvnews.com/Kuntoro Tayubi) (Kuntoro Tayubi)

Di Pekalongan, Harga Jengkol Dua Kali Lipat Harga Ayam

harga ayam
Kuntoro Tayubi • 31 Agustus 2016 11:54
medcom.id, Pekalongan: Harga jengkol di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, naik tajam. Satu kilogram tembus Rp60 ribu. Harga tersebut dua kali lipat lebih mahal dibanding harga daging ayam potong.
 
Kenaikan harga diduga karena minimnya pasokan lantaran belum musim panen jengkol. Selain itu dipengaruhi juga langkanya pohon karena banyak petani jengkol di daerah Pekalongan selatan lebih memilih untuk menebang pohon jengkol dan menjual kayunya.
 
Salah satu penjual jengkol di Pasar Induk Kajen, Dewi, mengaku harga jengkol saat ini naik hingga empat kali lipat dari harga normal. Jika sebelumnya jengkol dijual Rp15-16 ribu/kg, saat ini jadi Rp60 ribu/kg. 
 
"Harganya malah mengalahkan harga daging ayam potong, sekilo jengkol bisa dapat dua kilo daging ayam," ujarnya, Rabu (31/8/2016).
 
Dikatakannya, bahwa di Pasar Induk Kajen tidak semua pedagang sayuran menjual jengkol karena harganya cukup tinggi dan pasokan juga yang cukup terbatas. Harga Rp 60 ribu/kg, termasuk sudah turun bila dibandingkan dengan dua minggu sebelumnya, yang mencapai Rp110 ribu/kg.
 
Selama ini, ia mendapatkan pasokan jengkol dari daerah kecamatan Karanganyar, Doro, Talun, dan Lebakbarang. Sedangkan daerah Kadangserang dan Paninggaran, saat ini belum musim.
 
"Kalau dari Paninggaran dan Kandangserang musim, harga bisa normal kembali sekitar Rp16 ribu/kg. Saat ini yang jual hanya beberapa orang saja, karena harganya mahal takut tidak laku,” katanya.
 
Sementara lantaran mahalnya harga jengkol, dalam sehari Dewi hanya mampu menjual paling banyak tiga kilogram.  
 
Meski mengalami kenaikan yang cukup signifikan namun tidak membuat para pembeli kapok untuk mengkonsumsi jengkol yang identik dengan bau kurang sedap itu.
 
Salah seorang pembeli, Masitoh mengaku meski harga jengkol jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga ayam, namun ia tetap membeli karena jengkol merupakan favorit keluarganya.
 
"Tidak masalah harganya mahal, paling mensiasatinya dengan mengurangi pembelian, yang biasanya setengah kilo, sekarang hanya seperempat kilo. Yang penting ada jengkol di rumah,” ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif