"Tidak terlalu berpengaruh. Sebab untuk harga bahan baku yang saya beli kenaikannya hanya sekitar Rp300 hingga Rp500," ungkap Gunawan Setiawan, pengusaha batik di Kampung Batik Kauman, saat ditemui di toko batik Gunawan Setiawan, Kauman, Rabu (02/08/2015).
Gunawan mengungkapkan harga tiga bahan baku utama dalam pembuatan batik, seperti malam, kain, dan pewarna tidak melonjak drastis. Untuk malam harganya dari Rp25.000 per kilogram, sekarang menjadi Rp25.500 per kilogram. Itupun naiknya sejak sekitar satu bulan yang lalu. Sedangkan kain mori hanya naik kisaran Rp300 hingga Rp500 per yard. Karenanya, banyak pengusaha batik di Kauman tidak menaikkan harga.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Namun, penggagas Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman ini mengaku banyak pengusaha mengalami penurunan penjualan. Meski enggan menyebut angka pasti, Gunawan mengaku permintaan batik turun sekitar 20 persen.
"Penurunan permintaan ini menurut saya bukan karena dolar menguat, namun karena lesunya sektor pariwisata di Solo akhir-akhir ini," ujar Gunawan.
Sementara Susilo, pemilik Rumah Batik Cempaka, mengatakan turunnya penjualan lantaran sedang musim haji. "Biasanya musim haji penjualan batik turun, tidak serta merta karena dolar menguat,” ujanya.
Baik Susilo maupun Gunawan meminta pemerintah dan swasta secara aktif menggalakkan program batik menjadi busana sehari-hari, supaya pasar batik kembali bergairah. Sebagai upaya menggairahkan kembali pasar batik di Kota Solo, mereka meminta pemerintah segera mengambil langkah-langkah untuk menggenjot sektor pariwisata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)
