Seorang pengukir di Jepara, Jawa Tengah, sedang menyelesaikan pekerjaannya. (Metrotvnews.com/Rhobi Shani)
Seorang pengukir di Jepara, Jawa Tengah, sedang menyelesaikan pekerjaannya. (Metrotvnews.com/Rhobi Shani) (Rhobi Shani)

Perajin Jepara akan Mendapat Sertifikat Profesi

masyarakat ekonomi asean
Rhobi Shani • 04 Januari 2016 16:39
medcom.id, Jepara: Perajin dan pengusaha ukir di Jepara tak terlalu peduli dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN alias MEA. Namun, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disindag) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, justru khawatir.
 
Kekhawatiran utamanya terkait dengan daya saing pengukir dan melindungi ukir Jepara dari serbuan tenaga asing. Karena itu, Disindag melakukan sertifikasi kompetensi profesi.
 
Senin 4 Desember 2016, Kepala Disindag Jepara Yoso Suwarno mengatakan, telah ada 73 pengukir yang didaftar untuk mendapatkan sertifikat.
 
“Perajin yang ada saat ini perlu dilindungi sekaligus dinaikkan daya tawarnya,” kata Yoso.
 
Untuk mempersiapkan sertifikasi kompetensi, Yoso melanjutkan, harus melalui beberapa tahapan. Yakni, adanya standar kompetensi nasional Indonesia (SKKNI), pembentukan lembaga sertifikasi profesi (LSP), diklat assesor, dan sertifikasi tenaga kerja oleh LSP. Sementara, untuk 73 pengukir dan perajin tersebut saat ini dalam tahap SKKNI.
 
“Sedangkan untuk LSP, di Jepara memang belum dibentuk. Harapannya, perguruan tinggi yang ada di Jepara yang akan membawahi lembaga ini,” ujar Yoso.
 
Hal senada ditegaskan pengamat dan pemerhati seni ukir Jepara, Sutarya. Di era MEA saat ini, profesionalitas tenaga pengukir harus diutamakan. Sehingga, tenaga pengukir harus disertifikatkan.
 
“Produk ukir Jepara dengan asing masih bisa bersaing selama masih handmade,” kata Sutarya.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Salah satu perajin ukir, Priyono, mengaku tak perlu khawatir terhadap MEA. Sebab, bidang usaha yang ia geluti membutuhkan keterampilan khusus. Untuk belajar mengukir, tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
 
“Selain itu, ukiran Jepara sudah memiliki ciri khas. Tidak mudah untuk ditiru,” tandas Priyono.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif