"Penurunan harga solar Rp200 per liter sedikitnya dapat meringankan beban modal melaut,” kata Hadi Santoso, ketua KUD Karya Mina Kota Tegal, di Pelabuhan Jongor, Tegalsari, Kota Tegal, Minggu (18/10/2015).
Namun demikian, kata Hadi, bagi nelayan, hal yang terpenting adalah pasokan solar yang lancar dan harga terjangkau. Sejak awal tahun 2015 setiap kali mengisi solar, kapal harus mengantre selama sepekan di stasiun pengisian bahan bakar nelayan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Hadi berharap, penurunan harga solar dapat menggugah minat nelayan melaut serta didukung hasil tangkapan yang sesuai dengan target keuntungan nelayan. Saat ini, pasokan solar di stasiun pengisian bahan bakar Jongor mencapai lebih dari 1.000 kiloliter dan di Pelabuhan Tegal di atas 900 kiloliter per bulan.
Rasmad, 40, salah satu pengurus kapal malah tidak mengetahui kalau harga solar turun. Menurutnya, turunnya harga solar sejak tiga hari lalu tidak membawa pengaruh besar bagi nelayan. Sebab, modal satu kali melaut dirasakan cukup besar, yakni mencapai Rp100 juta.
Kapal yang dikelola Rasmad ini ditumpangi 15 anak buah kapal. Untuk satu bulan operasi di perairan Kalimantan, kebutuhan solarnya mencapai empat ton. "Saya tidak tahu solar turun karena yang urus bos, tapi kalau turun harganya ya alhamdulillah," kata Rasmad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)