medcom.id, Jepara: Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA resmi berlaku. Dalam sistem pasar tunggal itu, semua produk maupun tenaga kerja bebas beredar di negara-negara anggota. Namun, tak sedikit pelaku usaha mikro kecil menengah yang tak paham konsep MEA.
Priyono, misalnya. Perajin ukir dan relief di Jepara itu mengaku tak tahu maksud dari MEA. Dia pun tak ambil pusing dengan aneka persiapan untuk menghadapi era tersebut.
“MEA itu apa? Jadi MEA itu seperti apa, sistemnya bagaimana ya, tidak tahu,” ujar Priyono, saat ditemui di tempat kerjanya di Jepara, Jawa Tengah, Senin (4/1/2016).
Karena itu, Priyono pun tak perlu khawatir. Sementara pengusaha lain merasa takut karena MEA, Priyono tenang-tenang saja. Terlebih, bidang usaha yang ia geluti membutuhkan keterampilan khusus. Untuk belajar mengukir, tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
“Selain itu, ukiran Jepara sudah memiliki ciri khas. Tidak mudah untuk ditiru,” tandas Priyono.
Apalagi, kerajinan ukir Jepara sudah mendunia. Buktinya, Priyono mengaku sudah punya pasar ekspor yang cukup mapan. Meski tak menyebut data pasti, Priyono menyebut tiap tahun permintaan pasar luar negeri selalu meningkat.
Hal senada disampaikan pengusaha kerajinan dari besi, Ridwan. Meski mengetahui sedikit seluk-beluk MEA, Ridwan mengaku saat ini tidak terlalu khawatir. Hanya saja, Ridwan menekankan, untuk bersaing di era perdagangan bebas ASEAN ini, pihaknya menggenjot etos kerja karyawannya.
“Pekerja-pekerja dari luar negeri itu terkenal etos kerjanya tinggi, jadi yang perlu disiapkan adalah etos kerja karyawan,” kata Ridwan.
Ditambahkan Ridwan, untuk perkara kualitas produk yang dihasilkan, kerajinan besi yang dihasilkan karyawannya saat ini terbukti diterima pasar luar negeri. Ridwan mengaku banyak menerima pesanan ranjang untuk dikirim ke Turki dan Australia.
“Kualitas produk tidak kalah jauh dari produk luar negeri, sudah berani bersaing. Justru yang terpenting menyiapkan semangat kerja karyawan harus berani bersaing,” tandas Ridwan.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara, Yoso Suwarno, menyatakan, secara resmi sosialisasi berkait MEA baru dilakukan sebanyak dua kali. Selebihnya, sosialisasi disampaikan melalui forum tidak resmi yang disampaikan bupati atau wakil bupati lewat sambutan.
“Sosialisasi lebih banyak disampaikan Pak Bupati atau Pak Wakil lewat sambutan-sambutan. Kalau sosialisasi secara khusus seingat saya baru dua kali,” ujar Yoso.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)