Ketua Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Barat Dardiri menjelaskan pemberhentian aktivitas wisata dengan mobil jip berhenti total usai dilakukan sejumlah pertemuan dengan jajaran Pemerintah Kabupaten Sleman dan anjuran Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Sekitar 800 jip yang dikelola 29 komunitas libur total meski aktivitas wisata masih boleh bergerak di kawasan Pakem dan Cangkringan. Jip beroperasi kembali pada Senin, 25 Juni 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Semua pengelola sepakat untuk off. Jika masih ada yang beroperasi, akan di-skorsing satu bulan untuk komunitasnya," kata Dardiri di Sleman, Sabtu, 23 Juni 2018.
Pengelola mobil jip dan operator harus mengecek serta memperbaiki jika ada kerusakan. Selain itu, jajaran Dinas Perhubungan Kabupaten Sleman dan Polres Sleman juga ikut melakukan pengecekan.
Pengecekan kondisi kendaraan ini penting karena untuk menjamin keamanan dan keselamatan. Pihak asosiasi sempat mendata, sekitar 90 persen armada jip layak beroperasi. Sayangkan, ia melanjutkan, sejumlah asosiasi masih ada yang tetap mengoperasikan armada jip yang tak layak beroperasi.
"Jika armada tak layak jalan tak boleh dipaksakan. Bagi yang melanggar akan kena skorsing. Operator yang armadanya mengalami kecelakaan skorsingnya (dilarang beroperasi) sebulan," ujarnya.
Pemberhentian operasional jip memang tak sekaligus untuk wisata. Namun, hal itu tetap berdampak pada penurunan kunjungan wisatawan.
Ketua Paguyuban Masyarakat Kinahrejo Badiman, 47, mengaku tak memasalahkan dengan hal itu. Menurutnya, hal itu untuk jangka panjang, yakni demi keamanan dan keselamatan wisatawan.
Ia menambahkan, penurunan jumlah wisatawan juga tak lepas dari status Gunung Merapi yang masih waspada. “Tahun ini untuk musim (libur) lebaran turunnya sampai 50 persen, salah satunya karena status Gunung Merapi masih waspada. Mungkin ditambah adanya peristiwa itu (kecelakaan) dan pemberhentian operasional kendaraan wisata,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
