Seorang perajin sarung tenun, Ahmad Dahlan mengungkapkan, pesanan sarung tenun meningkat sejak sebulan lalu. Order banyak datang dari lingkungan pondok pesantren.
"Pondok pesantrennya bukan hanya dari Jawa Tengah seperti Pekalongan dan Semarang. Adapula pesantren dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Seperti Ponpes Lirboyo Kediri, ada pula dari Ponpes Al Fusha Pekalongan," kata Dahlan di Jepara, Jawa Tengah, Jumat, 10 Mei 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dahlan menjelaskan pada hari biasa, dalam sebulan pesanan sebanyak 300 lembar. Namun, pada momen Ramadan dan jelang lebaran, pesanan bertambah 510 lembar sarung.
Sebagian besar pelanggan Dahlan memesan sarung tenun melalui jejaring perpesanan instan. Dahlan juga menjual sarung tenun dengan metode konvensional. Dahlan pun mulai merambah perdagangan lewat daring.
"Produksinya di sini (Troso), tapi anak saya yang bersekolah di Kediri punya toko juga disana. Biasanya pesanan dari pelanggan lewat WA. Juga dijual melalui Instagram," jelas Dahlan.
Kondisi serupa juga dirasakan Musdalifah, pemilik toko kain tenun ini mengungkapkan penjualan sarung tenun saat Ramadan naik dua kali lipat.
"Biasanya menjual 25 sarung, tapi puasa ini bisa sampai 50 sampai 60 sarung setiap hari," ungkap Musdalifah.
Menurut Musdalifah pembeli yang membeli sarung tenun tidak hanya warga Jepara. Beberapa pembeli datang dari Palembang, Jakarta, dan Jambi. Selain penjualan, pesanan sarung tenun juga meningkat.
"Pesanan juga banyak, ya terpaksa harus lembur. Sarung tenun Troso ini dikenal motifnya unik dan beda. Itu karena dibuat dengan tenaga manusia atau handmade," beber Musdalifa.
Satu potong sarung tenun dibanderol dengan harga mulai dari Rp150 ribu sampai Rp250 ribu. Murah atau mahalnya harga sarung tenun bergantung kualitas dan kerumitan motif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(DEN)