Kepala kerbau yang akan dilarung ditempatkan di atas perahu kecil dibawa ke tengah laut. Kapal-kapal nelayan berdesakan mendekati kapal yang membawa sesaji kepala kerbau. Tiba dititik yang sudah ditentukan, usai berdoa bersama kepala kerbau dilarung.
Perahu kepala kerbau juga berisi sesaji berupa hasil bumi, menjadi rebutan puluhan nelayan. Mereka melompat ke laut untuk berebut hasil bumi yang diyakini membawa berkah. Beberapa nelayan lainnya, membersihkan kapal dengan air laut.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Ini sudah menjadi tradisi masyarakat Jepara yang dilaksanakan tiap tahun oleh masyarakat Jepara sebagai ungkapan rasa syukur," ujar Plt Bupati Jepara, Dian Kristiandi, usai mengikuti prosesi larungan, Rabu 12 Juni 2019.
Baca: Arak Kerbau Mengawali Tradisi Larungan di Jepara
Tradisi larungan mengawali Pesta lomban. Tradisi ini dilaksanakan sepekan setelah Idulfitri. Pesta Lomban sebagai wujud syukur nelayan yang telah mendapat keberkahan laut selama setahun terkahir.
"Setelah larung kemudian Pesta Lomban di Pantai Kartini ada gunungan kupat lepet," kata Dian.
Tahun ini, sedikitnya 170 kapal nelayan ikut mengiringi prosesi pelarungan kepala kerbau. Setiap kapal memuat belasan bahkan puluhan orang. Sebelum mengikuti prosesi larung, nelayan diberi imbauan agar tidak memuat penumpang melebihi kapasitas dan menyiapkan alat keselamatan.
"Tradisi ini lahir dari masyarakat, Pemkab ikut melakukan pengelolaan, harapannya tradisi Pesta Lomban ini menjadi destinasi wisata," tandas Dian.
Sehari sebelum prosesi larungan dilakukan arak-arakan kerbau dari TPI Ujungbatu menuju rumah pemotongan hewan Jobokuto. Setelah dipotong, kepala kerbau dilarung. Sementara, daging kerbau dimasak untuk makan bersama seluruh warga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)