Kabupaten Brebes terdiri dari 573.330. kepala keluarga. Sebanyak 20 persen kepala keluarga termasuk warga miskin. Sebagian besar mereka bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan rata-rata Rp417 ribu per kapita per bulan.
Menurut Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Brebes Nurul Aeny, keluarga miskin tersebar di seluruh kecamatan di Brebes. Lantaran penghasilan yang minim, kepala keluarga tak sanggup memberikan makanan bergizi kepada anak-anak mereka.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Jadi ketersediaan pangan di tingkat keluarga rendah itu dipengaruhi daya beli yang rendah juga. Itu mempengaruhi konsumsi gizi anak-anak," ujar Nurul di Brebes, Jumat, 9 Februari 2018.
Baca: Kasus Gizi Buruk di Brebes Tertinggi di Jateng
Per Januari 2018, Dinkes mencatat 113 kasus gizi buruk ditemukan di Brebes. Para penderita berusia satu hingga lima tahun. Sebanyak 40 persen penderitanya berasal dari warga miskin. Jumlah penderita paling banyak ditemukan di Kecamatan Bulakamba, yaitu 16 pasien.
Baca: Kemiskinan bukan Penyebab Gizi Buruk di Jateng
Menurut Nurul, penyebab utama gizi buruk adalah kemiskinan. Lantaran ekonomi miskin, keluarga tak memikirkan gizi dalam pola makan mereka.
"Pendidikan juga memengaruhi bagaimana mereka bisa memahami pola hidup yang sehat," ungkapnya.
Kepala Bidang Pemerintahan Sosial dan Budaya (Kabid Pemsosbud) Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan Daerah (Baperlitbangda) Brebes Khaerul Abidin mengatakan kabupaten tersebut memiliki wilayah cukup luas, yaitu 1.902,37 kilometer persegi. Penduduknya banyak sekitar 1.732.719 jiwa.
"Sementara tingkat pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi bagi ibu dan balita masih rendah, perlu ditingkatkan,” ungkapnya.
Selain itu, kepedulian orangtua tentang kesehatan anak pun masih minim. Contohnya Rizka Komalasari, 20. Warga asal Kelurahan Brebes itu mengetahui anaknya menderita gizi buruk.
Putrinya, Hikmah Ayu, berusia 18 bulan. Ayu hanya memiliki bobot 3,5 kilogram. Idealnya Ayu memiliki 12 kilogram.
"Ya bagaimana lagi. Mau bawa anak berobat, saya tak ada biaya," kata Rizka yang sehari-hari bekerja sebagai buruh petik bawang merah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)
